REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kesehatan anak tetap perlu terjaga dengan baik di masa kenormalan baru. Termasuk anak dengan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Apa saja yang perlu diketahui oleh orang tua?
ADHD merupakan gangguan perkembangan otak yang dapat mengakibatkan seorang anak sulit untuk memusatkan perhatiannya, memiliki perilaku impulsif, serta hiperaktif. Secara umum, ADHD mengerang pada masa kanak-kanak. Akan tetapi, gejala yang ditimbulkan dapat terjadi secara terus-menerus hingga masa remaja atau dewasa.
Orang di sekitar anak dengan ADHD seringkali tak menyadari bahwa anak tersebut memiliki gangguan. Mereka umumnya menilai anak dengan ADHD sebagai anak nakal dan malas karena tak dapat berkonsentrasi atau tidak mau diam. Padahal sikap tersebut merupakan bagian dari gejala gangguan ADHD.
"Kami sadar bahwa para orangtua (dari anak dengan ADHD) tersebut membutuhkan dukungan lebih, dalam hal informasi yang jelas dan benar untuk membantu mereka menjaga anak selama masa pandemi," jelas Country Leader of Communications & Public Affairs PT Johnson & Johnson Indonesia Devy Yheanne dalam webinar awam mengenai kesehatan jiwa.
Hal senada juga diungkapkan dokter spesialis anak dr Herbowo Agung F Soetomenggolo SpA(K). Menurut dr Herbowo, orang tua, keluarga, guru hingga pengasuh anak dengan ADHD memerlukan pengetahuan dan bimbingan yang mumpuni. Pengetahuan dan bimbingan ini memungkinkan mereka untuk membantu anak dengan ADHD mengendalikan gejala-gejala ADHD."Dan menerapkan pola hidup sehat pada anak," kata dr Herbowo.
Anak dengan ADHD tak dapat sembuh secara total. Akan tetapi, diagnosis dini dan perawatan serta terapi yang tepat dapat membantu anak dengan ADHD untuk beradaptasi dan beraktivitas.
Penting bagi orang tua dan keluarga pasien ADHD untuk mengetahui tatalaksana yang tepat untuk anak dengan ADHD. Berbagai tata laksana untuk ADHD baru bisa dilakuakn secara efektif bila disertai dukungan dan bantuan dari keluarga serta orang-orang di sekitar pasien."Intervensi perilaku beserta farmakoterapi adalah terapi yang baik bagi ADHD," kata dr Herbowo.
Intervensi perilaku dapat membantu memperbaiki fungsi sehari-hari dan sosial dari pasien ADHD. Sedangkan farmakoterapi atau terapi obat-obatan dapat membantu mengendalikan gejala ADHD.
Bila ADHD tidak diterapi dengan tata laksana yang tepat, ada beberapa risiko yang mungkin dialami anak di kemudian hari. Risiko tersebut di antaranya adalah menderita luka berat saat masa kanak-kanak, kemungkinan penyalahgunaan obat atau alkohol serta merokok."Dan lebih dari satu kali kejadian dengan polisi saat remaja," tambah dr Herbowo.