REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Lembaga Pendidikan Maarif NU, KH Arifin Junaidi menanggapi permintaan maaf Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim atas ketidaknyamanan yang terjadi dalam Program Organisasi Penggerak (POP). Arifin mengatakan, sebenarnya yang perlu dilakukan Kemendikbud adalah memperbaiki masalah yang ada di program tersebut.
"Tidak ada yang perlu dimaafkan dari Mas Nadiem itu. Kalau kepada kami, yang penting itu kalau memang Mas Nadiem menyadari kesalahannya, segera lakukan langkah-langkah untuk memperbaikinya. Itu lebih penting dari sekadar minta maaf," kata Arifin, dihubungi Republika.co.id, Selasa (28/7).
Kemendikbud juga mengatakan dua organisasi filantropi, Tanoto Foundation dan Sampoerna Foundation tidak akan menerima dana dari APBN sepeser pun dalam program ini. Menanggapi hal ini, Arifin pun menilai lebih baik tidak usah bergabung di POP jika menggunakan dana sendiri.
"Saya sudah minta, kalau memang Tanoto menggunakan dana sendiri, bahkan dibilang dari yang Gajah itu, ya dikeluarkan saja dari daftar itu. Yang daftar ke situ yang mau mengajukan dana hibah dari POP kok. Kalau pakai dana sendiri ya ngapain?" kata Arifin.
Selain itu, menurut dia program yang terdapat dari organisasi yang lolos POP terlalu bervariasi sehingga tidak jelas tujuan akhirnya. Arifin menilai, Kemendikbud harus memperjelas program apa yang mau diperoleh dari POP ini. Sebab, lanjut dia, jika tujuan akhir program secara umum tidak jelas, pihaknya bingung bagaimana melaksanakan program nantinya.
Lebih lanjut, Arifin berharap organisasi yang lolos ke dalam POP ini haruslah kredibel. "Sesuai namanya, yang benar-benar bisa menggerakkan. Jadi jangan organisasi tidak jelas," kata dia lagi.