REPUBLIKA.CO.ID, FLORIDA -- Pada Jumat (31/7) Biro Investigasi Federal (FBI), Otoritas Pajak AS (IRS), Dinas Rahasia AS, dan penegak hukum Florida menangkap Graham Clark, remaja 17 tahun dari Tampa, Florida. Clark dituduh sebagai 'dalang' di balik pelanggaran keamanan dan privasi terbesar dalam sejarah Twitter.
Sejumlah akun Twitter milik para tokoh dunia, seperti Barack Obama, kandidat presiden dari Partai Demokrat Joe Biden, Bill Gates, Elon Musk, Kanye West, Apple, dan banyak lagi diretas beberapa waktu lalu. Pelaku peratasan kemudian menggunakan akun-akun para pesohor dunia ini untuk melakukan penipuan bitcoin besar pada 15 Juli 2020.
Dilansir laman The Verge, Jumat (31/7), dari hasil penyelidikan, ternyata Clark tidak sendirian dalam melakukan aksinya. Tak lama setelah penangkapan di Tampa terungkap, dua orang lagi secara resmi didakwa oleh Departemen Kehakiman AS.
Kedua pelaku tersebut yakni Nima Fazeli yang berusia 22 tahun di Orlando dan Mason Sheppard (19 tahun) di Inggris. Menurut Departemen Kehakiman AS, kedua pelaku ini menggunakan nama hacker 'Rolex' dan 'Chaewon'.
Sementara FBI mengatakan bahwa total dua individu telah ditahan. Seorang anak di bawah umur yang tidak dikenal di Kalifornia juga mengaku kepada FBI bahwa ia membantu Chaewon menjual akses ke akun Twitter.
Namun menurut pernyataan tertulis yang dirilis Jumat (31/7) malam, pihak berwenang kemungkinan besar meyakini Clark, remaja Tampa, adalah orang yang mendapatkan akses ke alat internal Twitter dan langsung melakukan penipuan. Secara khusus, ia diduga meyakinkan seorang karyawan Twitter bahwa ia bekerja di departemen TI Twitter dan menipu karyawan itu agar memberinya akses resmi.
Menurut agen federal, Sheppard berhasil dilacak keberadaannya karena ia menggunakan SIM pribadi untuk memverifikasi dirinya saat melakukan pertukaran mata uang kripto Binance dan Coinbase. Akun miliknya diketahui telah mengirim dan menerima beberapa bitcoin hasil skimming.
Sementara Fazeli juga menggunakan SIM untuk memverifikasi dengan Coinbase. Akun yang dikendalikan oleh 'Rolex' diduga menerima pembayaran dengan imbalan nama pengguna Twitter curian.
Fazeli menghadapi hukuman lima tahun penjara dan denda 250 ribu dolar AS untuk satu tuduhan intrusi komputer. Sedangkan Sheppard didakwa dengan peretasan komputer, konspirasi penipuan kawat, dan konspirasi pencucian uang dengan hukuman 20 tahun dan denda 250 ribu.
Sheppard dan Fazeli tampaknya hanya menjadi perantara penipuan, karena seorang peretas dengan nama sandi "Kirk # 5270" diyakini sebagai orang yang mendapatkan akses ke sistem internal Twitter pada 22 Juli.
Tidak jelas apakah Clark adalah Kirk # 5270, meskipun kedengarannya seperti itu berdasarkan pada pernyataan tertulis yang baru dirilis. Namun, FBI mengatakan penyelidikannya sedang berlangsung dan masih mencari lebih banyak tersangka.