Selasa 04 Aug 2020 10:06 WIB

Mengapa Penyintas Covid-19 Alami Kerontokan Rambut?

Sekitar 27 persen pasien yang sembuh dari Covid-19 mengalami rambut rontok.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Rambut rontok. Kerontokan rambut melanda sebagian penyintas Covid-19.
Foto: Flickr
Rambut rontok. Kerontokan rambut melanda sebagian penyintas Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinyatakan sembuh dari Covid-19 tampaknya bukan berarti perjuangan para penyintas telah selesai. Sebagian penyintas Covid-19 dilaporkan mengalami rambut rontok setelah sembuh.

Salah satu penyintas Covid-19 yang mengalami masalah tersebut adalah Theresa Cabrera. Dia telah dirawat selama satu bulan di rumah sakit karena mengalami gejala Covid-19 yang berat.

Baca Juga

Setelah membaik dan diperbolehkan pulang ke rumah, hal pertama yang Cabrera lakukan adalah mandi. Di saat itulah Cabrera menyadari bahwa rambutnya berjatuhan.

"Rambut-rambut itu rontok di tangan saya dan itu masih terjadi (sekarang)," ujar perempuan berusia 54 tahun tersebut, seperti dilansir Today.

Cabrera merasa panik saat menyadari rambutnya mengalami kerontokan yang cukup hebat. Akibat kerontokan ini, ketebalan rambut Cabrera hanya bersisa kurang dari seperempat dibandingkan kondisi sebelumnya.

Sebuah survei yang dilakukan oleh grup Survivor Corp Facebook menemukan bahwa masalah rambut rontok dialami oleh cukup banyak penyintas Covid-19. Survei yang dilakukan pada lebih dari 1.500 orang ini menemukan bahwa sekitar 27 persen pasien yang sembuh dari Covid-19 mengalami rambut rontok.

Para dokter mengatakan, kondisi rambut rontok yang dialami oleh penyintas Covid-19 dikenal sebagai telogen effluvium. Ini merupakan sebuah kondisi sementara di mana seseorang mengalami kerontokan rambut berlebih setelah mengalami sakit, operasi, demam tinggi, kejadian penuh tekanan, penurunan berat badan ekstrem, atau melahirkan.

"Bila Anda sembuh dari Covid-19 dan kemudian tiba-tiba rambut Anda mulai rontok, itu bisa menjadi hal yang sangat menyedihkan secara emosional," ujar Direktur Global Health Dermatology di Massachusetts General Hospital Dr Esther Freeman.

Akan tetapi, belakangan ini dokter banyak menjumpai kondisi telogen effluvium pada sebagian orang, terlepas dari status Covid-19 mereka. Rasa stres akibat pandemi Covid-19 juga bisa membuat orang-orang yang tak terkena Covid-19 mengalami telogen effluvium.

Hal ini pula yang dirasakan oleh ahli rambut rontok dari The Derm Group Dr Marc Glashofer. Dalam praktik sehari-hari, Glashofer menemukan adanya peningkatan kasus telogen effluvium.

"Ketika saya melihat seseorang yang mengalami kerontokan, saya tidak bicara mengenai stres sehari-hari, seperti pekerjaan atau macet. Kami bicara mengenai stres besar, seperti kematian orang yang dicintai, perubahan karier, perceraian, dan Covid-19. Covid-19 merupakan sebuah stres yang besar," ungkap Glashofer.

Dalam kondisi normal, rambut mengalami fase bertumbuh dan istirahat. Sekitar 90 persen rambut berada dalam siklus atau fase bertumbuh.

Ketika tubuh dalam kondisi stres, sebagian rambut yang berada dalam fase bertumbuh mulai berubah memasuki fase beristirahat. Kondisi ini yang kemudian membuat rambut menjadi rontok.

"Rambut penting untuk kita secara kosmetik, tapi bagi tubuh, ketika kita sedang demam atau sakit, tubuh tak peduli dengan rambut," jelas Glashofer.

Manusia akan kehilangan sekitar 100-150 helai rambut per hari dalma kondisi normal. Namun pada telogen effluvium, manusia bisa kehilangan ratusan helai rambut dalam satu hari. Kerontokan ini terjadi secara merata di seluruh bagian kepala, bukan hanya di titik tertentu saja.

Hingga saat ini, belum diketahui apakah rambut rontok pada penyintas Covid-19 berhubungan langsung dengan penyakit tersebut atau tidak. Mengingat ada non penyintas Covid-19 yang juga mengalami telogen effluvium, Freeman menilai faktor stres juga turut terlibat.

Kabar baiknya, telogen effluvium bukanlah kondisi yang permanen. Dalam beberapa pekan atau bulan, orang-orang yang mengalami telogen effluvium akan mendapatkan rambutnya kembali seperti sedia kala. Pada beberapa kasus, seperti Cabrera, pemulihan dari telogen effluvium membutuhkan waktu lebih dari enam bulan.

Perlu diketahui bahwa telogen effluvium tidak menyebabkan rasa sakit dan tidak memicu rasa gatal atau bersisik pada kulit kepala. Oleh karena itu, orang-orang yang mengalami rambut rontok disertai gejala-gejala tersebut sebaiknya memeriksakan diri ke dokter spesialis kulit.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement