REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Ilmuwan salah mengklasifikasikan fosil kadal kuno sebagai dinosaurus terkecil. Penelitian baru menunjukkan tengkorak kadal kuno yang ditemukan di dalam amber (resin pohon) berumur 99 juta tahun, bukanlah dinosaurus terkecil di dunia, seperti yang diklaim para ilmuwan awal tahun ini.
Kadal dan ular membentuk kelompok reptil yang berbeda dari dinosaurus. Mengingat bukti baru ini, jurnal Nature menarik artikel tersebut.
Awalnya, para ilmuwan di China dan Amerika Serikat mengklaim potongan kuno Myanmar berwarna kuning ini menampilkan sisa-sisa dinosaurus kecil yang menyerupai burung kolibri, yang mereka beri nama Oculudentavis khaungraae.
"Pelestarian amber vertebrata jarang terjadi, dan ini memberi kita jendela ke dunia dinosaurus di ujung terendah dari spektrum ukuran tubuh," kata Lars Schmitz, associate professor biologi di Claremont McKenna College di California, pada bulan Maret.
"Ciri anatomisnya yang unik menunjukkan salah satu burung terkecil dan paling purba yang pernah ditemukan," tambahnya.
Tetapi menurut Nature, dilansir di UPI, Selasa (4/8), penelitian mereka segera mendapat kritik, dengan beberapa ahli paleobiologi mengklaim para peneliti telah menemukan kadal, bukan dinosaurus.
Pada awalnya, para penulis studi asli membela pekerjaan mereka. Namun, akhirnya para kritikus menghasilkan fosil yang hampir diidentifikasi bahwa temuan telah diklasifikasikan sebagai kadal.
Bukti memaksa penulis makalah asli untuk mengakui kesalahan mereka. Dalam catatan pencabutan yang diterbitkan di Nature, para ilmuwan mengatakan deskripsi mereka tentang fosil tetap akurat, tetapi mengakui bahwa mereka mungkin telah salah mengelompokkan spesimen.
Rekan penulis makalah asli, Jingmai O'Connor, seorang paleontologis di Institut Akademi Ilmu Pengetahuan Paleontologi dan Paleoanthropologi Vertebrata China di Beijing, mengatakan kepada Nature bahwa data terakhir secara pasti mengatakan bahwa mereka salah menyimpulkan.
Bukti yang meyakinkan Schmitz, O'Connor dan kolega mereka untuk menarik kembali klaim mereka telah dipublikasikan di internet, tetapi belum ditelaah sejawat dan diterbitkan dalam jurnal ilmiah.
O'Connor mengatakan kepada Nature bahwa sampai saat itu, Oculudentavis khaungraae tidak dapat secara resmi diklasifikasikan kembali.