REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kementerian Agama Republik Indonesia menggelar Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (UM-PTKIN) dengan menggunakan Sistem Seleksi Elektronik (SSE) secara daring dari 3 hingga 6 Agustus 2020.
Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Sa'adi mengatakan, seleksi UM-PTKIN daring ini sebagai ikhtiar bersama di lingkungan Kemenag untuk membangun sumber daya manusia (SDM) unggul dan berkualitas. Meskipun dilakukan di tengah pandemi dan menggunakan sistem daring, peserta yang mengikuti seleksi meningkat tajam dibandingkan dengan tahun lalu dengan tren pendaftaran 103.444 pada 2018, 122.981 pada 2019 dan 135.444 pada 2020.
"Jumlahnya meningkat tajam. Artinya, PTKIN sudah mendapatkan hati di tengah masyarakat. Ujian ini dilakukan agar PTKIN bisa mendapatkan calon mahasiswa baru sesuai dengan pengetahuan akademiknya," ujar Wamenag saat melakukan Monitoring dan Evaluasi UM-PTKIN yang berlangsung di gedung Lecture Hall Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data (PTIPD) UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Rabu (5/8).
Menurutnya, pelaksanaan tes secara daring ini dapat menjadi role model untuk pelaksanaan ujian yang lebih efisien di tengah pandemi Covid-19. "Ini sebuah inovasi yang bisa menjadi role model karena efektivitas dan efisiensi, dan teknologi yang memudahkan. Dan ini pertama, perguruan tinggi lain belum melaksanakan," ungkapnya.
Sistem daring dipilih agar tidak menimbulkan kerumunan massa sejak saat pendaftaran. Karenanya, dalam pelaksanaan tes menerapkan SSE. "Ini suatu lompatan, khususnya bagi PTKIN yang dapat menyesuaikan dengan perkembangan teknologi," tutur Wamenag.
Ketua Umum UM-PTKIN, Prof Dr H Mahmud menuturkan, pelaksanaan penerimaan mahasiswa kali ini menyesuaikan dengan kondisi pandemi Covid-19. "Kriteria penilaian UM-PTKIN pada 2020 ini menggunakan dua kriteria yaitu nilai rapor yang telah dimasukkan oleh masing-masing peserta saat pendaftaran dan ujian secara online atau daring," kata dia dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Kamis (6/8).
Peserta ujian tersebar di 59 Panitia Lokal PTKIN termasuk Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Singaperbangsa Karawang. Pelaksanaan SSE online dilaksanakan tiga sesi setiap harinya. "Setiap sesi terdiri dari sekitar 11 ribu peserta dengan jumlah pengawas sebanyak 579 orang per sesi atau 6.948 pengawas selama empat hari ujian," ujar Prof Mahmud.
Pada tahun ini, jumlah peserta yang melakukan registrasi UM-PTKIN sebanyak 155.982 orang. Namun, hanya 132.929 peserta yang membayar dan melakukan finalisasi serta berhak mengikuti ujian yang terdiri dari 45.924 laki-laki dan 87.005 perempuan. Jumlah pendaftar untuk kategori jurusan IPA 9.769 orang dan IPS 123.160 orang. Sedangkan, tiga besar asal kota pendaftar terbanyak adalah Kota Palembang sebanyak 2.151 orang, Kabupaten Tulungagung sebanyak 1.976 orang dan 1.786 orang berasal dari Kabupaten Jember.
Kampus UIN yang paling banyak diminati pendaftar adalah UIN Alauddin Makasar 24.649 orang, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 24.406 orang, UIN Sunan Gunung Djati Bandung 23.998 orang, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 23.194 orang dan UIN Sunan Ampel Surabaya 17.020 orang.
Sedangkan untuk IAIN yang paling banyak diminati pendaftar adalah IAIN Tulungagung 13.993 orang, IAIN Surakarta 10.950 orang, IAIN Jember 9.412 orang, IAIN Syekh Nurjati Cirebon 6.458 orang dan IAIN Salatiga 6.186 orang. Sementara, STAIN yang paling banyak diminati pendaftar adalah STAIN Majene 1.095 orang, STAIN Bengkalis 865 orang, STAIN Gajah Putih Takengon Aceh Tengah 545 orang, STAIN Sultan Abdurrahman 287 orang dan STAIN Mandailing Natal 257 orang.
"Mudah-mudahan upaya mempersiapkan calon mahasiswa yang unggul, kompetitif dan berakhlak karimah ini menjadi ikhtiar bersama dalam membangun SDM Indonesia yang unggul dan berkualitas," tegas Prof Mahmud.