Jumat 07 Aug 2020 14:07 WIB

Saran Dokter Bagi Pasien Diabetes di Era Normal Baru

Penderita diabetes melitus harus lebih sering memantau gula dan mengonsumsi obat.

Pandemi Covid-19 memaksa seseorang untuk tetap fit agar terhindar dari penularan. Ada sejumlah pencegahan yang bisa dilakukan para penyandang diabetes melitus (DM) agar tak terinfeksi Covid-19 pada masa adaptasi normal baru, salah satunya lebih sering memantau gula darah.
Foto: Blue Diamond Gallery
Pandemi Covid-19 memaksa seseorang untuk tetap fit agar terhindar dari penularan. Ada sejumlah pencegahan yang bisa dilakukan para penyandang diabetes melitus (DM) agar tak terinfeksi Covid-19 pada masa adaptasi normal baru, salah satunya lebih sering memantau gula darah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 memaksa seseorang untuk tetap fit agar terhindar dari penularan. Ada sejumlah pencegahan yang bisa dilakukan para penyandang diabetes melitus (DM) agar tak terinfeksi Covid-19 pada masa adaptasi normal baru, salah satunya lebih sering memantau gula darah.

Ketua Umum PB Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) Prof Ketut Suastika mengatakan, penyandang diabetes juga perlu sering mencuci tangan, menjaga pola makan yang sehat dan teratur, mengonsumsi obat secara rutin baik oral maupun injeksi. Mereka juga harus melakukan latihan fisik agar tetap fit.

"Penting sekali penyandang diabetes untuk berdiskusi dengan dokternya agar dapat mengevaluasi pilihan pengobatan yang tepat selama masa pandemi bagi masing-masing individu, agar mencapai pengendalian gula darah yang baik dan imunitas tubuh tetap terjaga," kata dia dalam siaran pers, Jumat (7/8).

Ketut juga menegaskan pentingnya perawatan diabetes yang lebih baik di masa adaptasi kebiasaan baru. Yakni, terapi inovatif dan individual dibutuhkan oleh para penyandang.

Kemudian, bagi penyandang diabetes yang terkena Covid-19, Ketut menyarankan tetap meneruskan obat baik itu oral maupun suntikan. Pada kondisi gejala Covid-19 sedang, jika ada gangguan makan dan gejala bertambah berat, pengobatan bisa diganti dengan insulin.

Pada kasus Covid-19 berat dan kritis, pasien perlu mendapatkan perawatan di rumah sakit, obatnya insulin. Obat-obat lain selain obat anti-diabetes, sebaiknya dikonsultasikan penggunaannya dengan dokter yang merawat, menurut Ketut.

Diabetes, menjadi penyakit penyerta kedua yang paling sering ditemukan, sekitar 8 persen kasus setelah hipertensi dengan angka kematian tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan penderita secara umum (7,3 persen berbanding 2,3 persen. “Diabetes Melitus (DM) salah satu faktor risiko tertinggi penularan Covid-19. Oleh karena itu, penting untuk menyampaikan pedoman dan rekomendasi kepada pasien diabetes serta seluruh petugas medis dalam yang melayani pasien agar dapat memberikan pelayanan terbaik selama pandemi COVID-19 ini," kata Ketut.

Head of Medical Sanofi Indonesia, Mary Josephine menambahkan, pihaknya berkomitmen menyediakan inovasi pengobatan untuk perawatan diabetes yang lebih baik bagi para penyandang diabetes melalui terapi kombinasi yang dapat mengontrol gula darah puasa (FPG) dan sesudah makan (PPG). "Selain itu, upaya edukasi yang berkesinambungan telah kami lakukan untuk memastikan bahwa penyandang diabetes, dokter, petugas kesehatan, fasilitas kesehatan mendapatkan informasi yang tepat dalam manajemen diabetes melalui berbagai program advokasi digital," tutur Mary.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement