REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Grup restoran Pizza Express mempertimbangkan untuk menutup 67 gerainya di Inggris. Hal ini menjadi bagian dari rencana perusahaan untuk melakukan restrukturisasi masif tersebut menyebabkan sekitar 1.100 karyawan berisiko kehilangan pekerjaan.
Secara terpisah, Pizza Express mengumumkan rencana penjualan bisnisnya di daratan China. Penjualan akan berjalan secara independen dan sudah bermula pada Selasa pekan ini. Perusahaan juga sudah berkonsultasi dengan ahli restrukturisasi.
Pakar tersebut diharapkan bisa membantu perusahaan menangani utang yang mencapai 735 juta poundsterling. Managing Director Pizza Express Inggris dan Irlandia Zoe Bowley telah memberikan pernyataan terkait kondisi tersebut.
Bowley menyampaikan, restrukturisasi finansial merupakan langkah maju yang positif. Sayangnya, pada saat yang sama, perusahaan harus membuat beberapa keputusan sulit. Salah satunya, menutup sebagian besar restoran secara permanen.
"Kami kehilangan anggota tim yang berharga dalam prosesnya. Ini sangat menyedihkan bagi keluarga Pizza Express, kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk mendukung tim kami saat ini," kata Bowley, dikutip dari laman ITV, Jumat (7/8).
Sejumlah restoran yang tetap buka dimaksimalkan untuk pelayanan makan di tempat dan layanan pesan antar. Pizza Express berupaya tetap berhasil melewati periode pembatasan sosial yang masih berlangsung pada bulan-bulan mendatang.
Dengan demikian, perusahaan bisa melindungi 9.000 pekerja yang bertahan. "Tanda-tanda awal dari restoran yang telah dibuka kembali sangat menggembirakan dan kami berharap pelanggan terus mendukung kami lebih dari sebelumnya," ucap Bowley.
Pizza Express menjadi salah satu perusahaan di industri hospitality yang memperingatkan adanya PHK massal. Sepekan sebelumnya, Byron Burger mengumumkan penutupan 31 dari 51 gerainya dan memangkas 651 pekerja.