Jumat 07 Aug 2020 18:51 WIB

Kemendikbud: LPTK Hadapi 4 Tantangan di Era Merdeka Belajar

Salah satu tantangannya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat

Guru mengajar (ilustrasi)
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Guru mengajar (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER -- Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Kemendikbud Iwan Syahril mengatakan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), seperti Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) sebagai institusi pencetak guru, menghadapi empat tantangan besar di era merdeka belajar.

Empat tantangan tersebut, katanya, adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat, makin banyaknya inovasi yang menimbulkan disrupsi, tantangan memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan, serta upaya mencetak guru sebagai mentor yang mampu menuntun anak didiknya agar menjadi manusia mandiri dan merdeka.

Baca Juga

"Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menghadirkan kecerdasan buatan, internet of thing (IoT), fenomena big data hingga teknologi robotika yang banyak menggantikan tugas manusia," katanya saat menjadi pemateri dalam webinar bertema "Tantangan Guru dan Dosen dalam Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar" yang digelar oleh FKIP Universitas Jember (Unej) yang dipantau di Jember, Jawa Timur, Jumat (7/8) sore.

Menurutnya kemajuan teknologi itu juga yang membuat banyak sekali muncul inovasi baru yang berpotensi mengubah tatanan lama atau era disruptif karena guru tidak hanya mengajarkan materi saja, tapi dituntut memberikan anak didiknya kemampuan memprediksi atau mengantisipasi apa yang akan terjadi di masa depan.

"Contohnya saja, bisa jadi apa yang saat ini dipelajari oleh mahasiswa nanti selepas lulus sudah berubah lagi. Jadi seorang guru di era merdeka belajar harus menjadi mentor atau pelatih yang mempersiapkan anak didiknya agar siap berlaga di kehidupan," tuturnya.

Untuk mempersiapkan guru di era merdeka belajar, lanjut dia, Kemendikbud telah mengambil langkah memperkuat LPTK,di antaranya lebih selektif dalam menerima peserta Program Profesi Guru (PPG) dengan berdasarkan pada kebutuhan guru yang ada.

"Kemudian penerapan standar kualitas guru yang berpihak pada siswa, penekanan pada pemberian pengalaman mengajar pada peserta PPG, serta prioritas pada Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)," katanya.

Ia mengatakan bagi pengajar di PPG, khususnya pengajar pedagogi, maka wajib memiliki pengalaman mengajar di sekolah, sebagai salah satu usaha pembentukan profesionalisme guru. Seperti di profesi dokter, maka dokter muda dibimbing oleh dokter yang sudah berpengalaman.

Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda yang membidangi masalah pendidikan mengatakan pihaknya mendukung penuh program Kemendikbud dalam meningkatkan kapasitas dan kompetensi guru, termasuk mendukung Program Organisasi Penggerak (POP), yang bertujuan meningkatkan kualitas guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, walaupun sempat menimbulkan kontroversi.

"Kebutuhan guru yang kompeten sudah mendesak, apalagi ada 256 ribu guru yang akan pensiun dalam waktu dekat ini, " ucap politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.

Sementara dalam laporannya, Dekan FKIP Unej Prof Dafik mengatakan webinar itu digelar dalam rangka pertemuan Forum Komunikasi Pimpinan FKIP Negeri Se-Indonesia.

"Kami juga melaksanakan lomba karya tulis ilmiah dan diskusi dalam rangka membahas berbagai perkembangan terkini di dunia pendidikan Indonesia," katannya.

Rangkaian kegiatan Forum Komunikasi Pimpinan FKIP Negeri se-Indonesia di FKIP Unej dibuka secara resmi oleh Rektor Unej Iwan Taruna dan dilaksanakan hingga, Ahad (9/8). Mengingat kondisi saat ini dalam masa pandemi Covid-19, maka beberapa kegiatan dilakukan secara daring.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement