REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ridwan Hasan Saputra, Motivator Suprarasional Presdir Klinik Pendidikan MIPA
JAKARTA -- Setelah menulis solusi di bidang pendidikan di masa pandemi Covid-19 dan solusi menghadapi resesi, saya tergerak untuk membuat solusi menyelesaikan masalah pandemi yang sampai sekarang belum jelas kapan selesainya. Solusi yang saya buat dibagi dua, pertama untuk individu dan yang kedua untuk pemerintah.
Tujuannya adalah agar apa yang saya tuliskan ada manfaatnya sebab solusi untuk individu masih sangat mungkin untuk dilaksanakan, sedangkan solusi untuk pemerintah, biarlah pemerintah yang menilai. Seperti biasa solusi yang akan saya buat sifatnya di atas rasional atau suprarasional.
Menurut saya, masalah pandemi Covid-19 bagi seseorang, pilihannya adalah pencegahan atau pengobatan. Jika kita belum terkena Covid-19 maka yang dilakukan adalah pencegahan, caranya adalah sebisa mungkin mengikuti protokol yang dibuat oleh pemerintah. Kemudian menjaga imun tubuh, bentuknya bisa dengan berolahraga dan meminum suplemen.
Kalau saya pribadi, umnuk menjaga imun tubuh, saya suka meminum madu yang diaduk dalam air hangat dengan dicampur sedikit garam agar terasa sedikit asin. Selanjutnya untuk pencegahan adalah perkuat iman dengan memperbanyak ibadah supaya wadah rezeki kita membesar. Jika kesehatan menjadi bagian dari rezeki kita, maka Insya Allah kita tidak akan sakit.
Jika sudah terkena Covid-19 maka yang dilakukan adalah melakukan isolasi mandiri atau ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Ada satu hal yang menarik, yang mungkin jarang terpikir oleh banyak orang ketika terkena penyakit, terutama penyakit yang belum ada obatnya.
Jika kita belajar dari sejarah, rasanya tidak ada penyakit yang seberat penyakit yang diberikan Allah kepada Nabi Ayyub, karena penyakit itu pun tidak ada obatnya, tetapi akhirnya penyakit tersebut bisa disembuhkan. Kesembuhan itu dikarenakan doa nabi Ayyub. Doa beliau adalah minta disembuhkan dari sakitnya karena penyakit itu sudah mulai mengganggu Ibadah Nabi Ayyub kepada Allah.
Oleh karena itu bagi orang-orang yang sudah terserang penyakit Covid-19, berdoalah kepada Allah untuk minta kesembuhan dengan alasan karena penyakit ini sudah mengganggu ibadah kepada Allah. Jika yang terkena Covid-19 ini ternyata kurang ibadahnya berarti yang dilakukan adalah bertaubat dan minta kepada Allah dengan komitmen ketika sembuh akan rajin beribadah. Semoga dengan doa seperti ini akan membuat pasien cepat sembuh dari Covid-19.
Efek dari doa ini semoga akan banyak orang sholeh setelah dari Covid-19. Sebenarnya konsep ini berlaku untuk semua penyakit.
Solusi untuk pemerintah, bagi saya ini jauh lebih menarik untuk dibahas. Saya melihat saat ini kita sudah dijajah oleh Covid-19, semoga banyak orang yang setuju dengan hal ini. Oleh karena itu agar kita bisa terbebas dari penjajahan maka kita harus melakukan perlawanan atau melakukan peperangan.
Perang yang sedang kita hadapi adalah perang biologi dan nanti akan mengarah ke perang ekonomi. Bagi saya yang namanya peperangan maka sedikit banyak pemerintah harus melibatkan militer. Saya melihat pemerintah secara perlahan sudah menganggap ini adalah sebuah "peperangan".
Buktinya setelah gugus tugas covid-19 dihapuskan, pemerintah membentuk Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan ekonomi nasional. Ketua pelaksana Komite ini adalah bapak Erik Thohir (Menteri BUMN) dan wakilnya adalah Jendral Andika Perkasa (KASAD). Pelibatan Jendral Andika Perkasa selaku Kepala Staf TNI Angkatan Darat dalam komite ini, menurut saya adalah wujud keseriusan pemerintah untuk memenangkan peperangan agar Indonesia segera terbebas dari penjajahan Covid-19.
Dalam Komite ini, di bawahnya terdapat Satgas penanganan Covid-19 yang diketuai kepala BNPB Bapak Doni Munardo dan Satgas Pemulihan Ekonomi yang diketuai wakil Menteri BUMN Budi Gunardi Sadikin. Pembentukan Komite ini tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 82 tahun 2020 yang ditandatangani Presiden Jokowi tanggal 20/7/2020.
Saya tidak akan membahas program-program yang dibuat oleh komite ini sebab bukan kapasitas saya untuk melakukan hal itu. Saya hanya ingin mengajak kita semua untuk sebentar melihat sejarah. Jika kita membaca pembukaan UUD 1945, ada kalimat "Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa …". Kita semua sepakat bahwa kemerdekaan Indonesia di tanggal 17 Agustus 1945 yang kita peroleh adalah karena berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa. Para pendiri bangsa saat itu sadar, kalau hanya dengan kekuatan senjata dan akal pikiran manusia saja (diplomasi) kemerdekaan Indonesia tidak akan bisa diraih.
Para pemimpin bangsa dahulu paham peran para ulama, kyai, pendeta, pastur, biksu dan pandita dalam kemerdekaan ini. Berkat peran tokoh-tokoh agama ini dan organisasi-organisasi keagamaan yang mengajak umatnya untuk rajin beribadah dan memanjatkan doa-doa, sehingga rahmat Allah turun ke bumi Indonesia yang pada akhirnya kemerdekaan Indonesia bisa didapatkan.
Oleh karena itu dalam menghadapi peperangan melawan Covid-19 ini, saya mengusulkan kepada pemerintah untuk membentuk satgas yang berperan mengajak rakyat Indonesia untuk rajin beribadah, rajin berdoa, rajin bersedekah, menuruti anjuran pemerintah dan mau bergotong royong dalam menyelesaikan masalah Covid-19 ini. Satgas ini berperan untuk menyentuh spiritual masyarakat. Satgas ini bisa bernama satgas peningkatan iman dan takwa, atau satgas spiritual, satgas diatas rasional atau satgas suprarasional.
Misalnya satgas ini diberi nama Satgas peningkatan keimanan dan ketakwaan. Posisi satgas ini bisa terpisah dari komite atau bagian dari komite yang sudah dibentuk pemerintah unutuk menangani Covid-19. Satgas peningkatan keimanan dan ketakwaan ini harus melibatkan tokoh-tokoh agama seperti kyai, ustaz, pendeta, pastur, biksu dan pandita.
Selain itu melibatkan juga organisasi-organisasi keagamaan dari berbagai agama serta lembaga filantropi seperti baznas dan laznas. Di level bawah, satgas ini melibatkan pengurus Dewan Kemakmuran masjid/Mushola (DKM) dan pimpinan rumah ibadah lainnya yang ada di wilayah RT/RW.
Satgas ini bertugas untuk mengajak masyarakat meningkatkan iman dan takwa.
Bentuknya mengajak orang rajin ibadah seperti bagi yang beragama islam rajin sholat berjamaah, puasa senin kamis, rajin membaca Alquran, sholat dhuha, tahajud dan ibadah lainnya. Bagi umat agama lain rajin ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. Satgas ini juga mengajak masyarakat rajin berderma, dalam versi agama Islam rajin menunaikan zakat, infak, sedekah dan wakaf (gotong royong ekonomi) agar perekonomian masyarakat bisa berjalan. Satgas ini pun mengajak masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan dan amanah terhadap dana bantuan sosial yang diberikan pemerintah.
Ketika orang-orang Indonesia rajin beribadah maka rahmat dari Allah akan turun, bentuknya bisa segera ditemukan vaksin versi Indonesia yang murah dan mudah didapat, sehingga kita bisa hidup normal kembali dengan tanpa impor vaksin dari negara lain. Ketika orang-orang Indonesia amanah dengan dana bantuan sosial yang diberikan, rajin melaksanakan Ziswaf atau rajin berderma maka rahmat Allah akan turun, bentuknya bisa jadi Indonesia tidak terkena resesi.
Sebab sesungguhnya zakat, infak, sedekah dan wakaf adalah solusi jitu untuk terhindar dari resesi ekonomi. Ziswaf ini akan mendatangkan stimulus ekonomi dari Allah yang nilainya berlipat ganda dan jangka waktunya tak terbatas.
Jika kita renungi akan manfaat ini, sebenarnya Satgas peningkatan keimanan dan ketakwaan ini punya posisi yang strategis. Satgas ini bertujuan juga menghidupkan kembali budaya gotong royong dan religius di bumi Indonesia.
Hal yang sangat penting dari Satgas ini adalah anggota-anggotanya tidak dibayar atau tidak mendapat honor, sebab misi utama anggota-anggota Satgas ini adalah pahala dari Allah Swt, supaya rahmat dari Allah turun. Saya yakin masih banyak orang di Indonesia terutama yang aktif di organisasi keagamaan seperti para pengurus DKM yang rela tidak dibayar dalam rangka membantu pemerintah, apalagi tugasnya ini berhubungan dengan mengajak orang beribadah (keyakinan ini saya dapatkan setelah melatih Suprarasional para pengurus DKM).
Peran pemerintah adalah memberikan pengakuan dan perhatian serta perlindungan kepada orang-orang tersebut dalam rangka menjalankan tugasnya sebagai anggota satgas. Saya pribadi insya Allah mau ikut dalam satgas ini.
Jika ditanya siapa yang cocok untuk menjadi komandan satgas ini, saya tidak bisa menjawab karena saya bukan pemerintah, hanya saya melihat Indonesia saat ini mempunyai wakil presiden yang berlatar belakang ulama, seharusnya Indonesia bisa jauh lebih religius dan tidak menolak tentang ide satgas ini, dan karena menteri agamanya dari militer tentunya paham untuk membentuk satgas ini jika memang harus terpisah dari komite.
Sedikit untuk mengingatkan, bahwa sila pertama Pancasila berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Hal ini bisa dimaknai bahwa Allah Swt itu punya peran besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, termasuk dalam penanganan COvid-19 yang penyebaran semakin tidak terkendali ini.
Selain cara-cara rasional yang dilakukan seperti program-program yang dilakukan komite, sudah sepatutnya kita kembali kepada Allah dan meminta pertolongan kepada Allah, dan agar pertolongan Allah cepat datang untuk Indonesia maka kita harus secara bersama-sama dan terorganisir dalam meminta pertolongan Allah. Jika kita belajar dari sejarah kemerdekaan bangsa kita, menurut saya satgas peningkatan iman dan takwa atau apapun nama satgas itu asal tujuannya sama, tidak kalah pentingnya dengan Satgas Penanganan Covid-19 dan Satgas Pemulihan Ekonomi.
Mohon maaf jika tidak berkenan.