REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Rektor Universitas Islam Malang (Unisma) Profesor Masykuri mengungkapkan sejumlah kesulitan yang dihadapi kampus selama pandemi Covid-19. Kesulitan yang dihadapi Unisma tidak berbeda jauh dengan perguruan tinggi lainnya di Indonesia.
"Jadi saya pikir hampir seluruh perguruan tinggi mengeluh hal yang sama," kata Masykuri kepada Republika.co.id, Ahad (9/8).
Pertama, Unisma kesulitan saat menjalankan pembelajaran daring. Kesulitan ini mulai dari sinyal, biaya pulsa, dan sistem evaluasi terkait keseriusan mahasiswa ketika pembelajaran dilakukan.
Terkait sinyal, ia mengatakan, tidak seluruh mahasiswa bisa mendapatkan sinyal internet yang memadai. Lalu, mahasiswa membutuhkan biaya yang cukup tinggi untuk membeli kuota internet dan mengikuti pembelajaran daring.
Mengenai sistem evaluasi, ia mengatakan, ia mengatakan, hal itu belum bisa dilakukan secara optimal. Sebab, keseriusan mahasiswa saat mengikuti pembelajaran daring juga menjadi tantangan tersendiri.
"Bisa jadi di situ mahasiswa juga sulit kita perhatikan karena kadangkala ada lalu lalang keluarganya di situ. Lalu //enggak// konsentrasi dan fasilitas di rumah terbatas," ucapnya.
Menurut Masykuri, kampus sudah berupaya membantu mahasiswa untuk membantu pembelajaran daring mahasiswa selama semester ganjil dan genap. Terkait ini, Unisma telah mengeluarkan hampir Rp 10 miliar.
Namun, ia tetap berharap emerintah bisa memberikan solusi yang salah satunya melalui bantuan pulsa untuk seluruh mahasiswa. "Karena sesungguhnya kampus sendiri merasa enggak nyaman dengan pembelajaran itu. Sampai-sampai kita punya perencanaan untuk melengkapi fasilitas menjadi tertunda karena terbawa pulsa dan sebagainya," kata ketua umum Forum Rektor Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) se-Indonesia.
Selain persoalan pembelajaran daring, ia menyebutkan, kesulitan kedua yang dialami oleh PTS terkait dengan penerimaan mahasiswa baru selama pandemi Covid-19. Menurut dia, seluruh kampus swasta mengalami keterlambatan dalam memperoleh jumlah penerimaan mahasiswa baru.
Situasi ini terjadi akibat dari mundurnya jadwal pengumuman SBMPTN. "Tahun lalu pengumuman 6 Juli, sekarang 20 Agustus. Apapun itu memang telah mempengaruhi terhadap kuantitas pendaftar kita," jelasnya.
Kendati demikian, Masykuri tetap bersyukur jumlah penerimaan mahasiswa baru di Unisma relatif stabil. Hanya ada selisih yang tidak terlalu jauh dibandingkan tahun lalu.