REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rektor Universitas Terbuka (UT) Ojat Darojat mengatakan pandemi Covid-19 memberikan pembelajaran baru mengenai dunia pendidikan. Sebab, pembelajaran tatap muka yang selama ini dilakukan terpaksa harus diganti dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
"Sudah tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan harapan kita, terlebih dengan adanya musibah Covid-19 ini dimana penyelenggaraan pendidikan di semua jenjang mereka dipaksa untuk mengintegrasikan teknologi informasi dalam proses pedagogik mereka," kata Ojat, dalam acara Temu Public Figure 2020 Universitas Terbuka, yang disiarkan melalui Youtube, Selasa (11/8).
Di UT proses belajar mengajar jarak jauh sudah diterapkan sejak awal berdirinya perguruan tinggi tersebut. Sejak awal UT didirikan untuk menjangkau masyarakat yang kesulitan mendapatkan pendidikan tinggi karena faktor demografi.
Selain itu, pemerintah juga telah mengharuskan UT memiliki biaya kuliah yang terjangkau. "UT harus menerapkan biaya yang terjangkau, terjangkau baik bagi mereka yang punya atau tidak punya. Sehingga tidak ada alasan bagi seluruh anggota masyarakat yang tidak bisa memenuhi pendidikan dengan alasan ekonomi atau geografis," kata Ojat.
Ojat menjelaskan, PJJ yang diterapkan UT sejak lama telah disusun agar sesuai dengan kondisi tersebut. Menurut Ojat, bagi mahasiswa dari universitas lain yang menyatakan PJJ tidak menyenangkan dan sulit artinya tidak menerapkan PJJ dengan tepat.
"Yang mereka lakukan bukan praktik baik PJJ, tapi hanya pembelajaran darurat dari rumah karena mereka tidak punya keahlian bagaimana menyelenggarakan interaksi akademik yang tadinya di ruang kelas, sekarang dipindahkan ke alam maya," ujar dia.
Sementara itu, Istri Wakil Gubernur Jawa Timur, Arumi Bachsin yang juga salah satu mahasiswi UT mengatakan, kuliah di perguruan tinggi tersebut memudahkannya. Sebab, sebagai istri wakil gubernur, ia memiliki banyak kegiatan khususnya sebagai Ketua TP PKK Jawa Timur.
Saat ini, Arumi adalah salah satu mahasiswi Program Studi S1 PG PAUD UT. Ia mengisahkan, awal mula ia mengenal UT ketika masih berada di Trenggalek. Di wilayahnya hanya ada satu universitas dengan jurusan perawat. Akhirnya, setelah mencari informasi ia mendapatkan informasi mengenai UT.
Selain itu, pilihannya untuk berkuliah di PG PAUD disebabkan ia dinobatkan sebagai Duta PAUD Nasional. Sebab, ia merasa tidak memiliki pendidikan apapun terkait PAUD sehingga berkuliah di UT sangat membantunya.
"Kebetulan waktu itu anak-anakku masih kecil banget. Aku dinobatkan sebagai Duta PAUD Nasional. Dari situ ngulik-ngulik tentang anak-anak usia dini," kata Arumi.
Sementara itu, Penyanyi Chicha Koeswoyo yang merupakan mahasiswi UT Program Studi S1 Ilmu Komunikasi juga merasa terbantu dengan adanya perguruan tinggi ini. Sebagai ibu dari dua anak, ia mengatakan cukup kesulitan jika harus melanjutkan sekolah. Akhirnya, setelah kedua anaknya berkuliah saat ini ia bisa meneruskan pendidikannya.
"Buat saya, online itu bisa meudahkan sekali, posisi saya sebagai seorang ibu dengan segala aktivitas yang ada. Saya pikir, ini kayaknya enak nih, jadi kita bisa atur waktunya," kata dia.
Ia juga menjelaskan pengalamannya yang menarik selama mengikuti perkuliahan. Mahasiswa UT terdiri dari latar belakang dan usia yang sangat beragam. Pada saat melakukan perkuliahan, Chicha terdorong untuk menjadi lebih baik ketika melihat mahasiswa lain yang lebih muda darinya juga aktif belajar.
"Di UT ini memang betul-betul kumpul semua. Saya paling tua kayaknya. Tapi nggak apa-apa, saya bangga. Karena ada universitas yang memfasilitasi orang-orang seusia saya," kata dia lagi.
Sementara itu, Arumi juga mengisahkan pengalamannya selama mengikuti perkuliahan di UT. Salah satu yang ia sukai adalah bagaimana mahasiswa harus membaca terlebih dulu sebelum dilakukan pembelajaran.
Pada saat bertemu dengan dosen melalui video telekonferensi, diskusi mengenai kuliah pun bisa langsung dilanjutkan. Baginya, kuliah seperti ini lebih mudah diterima dan dipahami daripada kuliah satu arah yang banyak ditemukan di perguruan tinggi konvensional.