Rabu 12 Aug 2020 08:00 WIB

Sustainable Fashion Muslim Dapat Genjot Pertumbuhan Ekonomi

Di tengah kelesuan pasar, produk fashion Muslim alami kenaikan ekspor.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Selaksa Sarimbit Nusa, scarf bolak-balik dupleks pertama di Indonesi koleksi Katonvie X Itang Yunasz. Itang meyakini, busana dengan konsep sustainable bisa menggairahkan pasar di tengah pandemi Covid-19.
Foto: Dok Tim Muara Bagdja
Selaksa Sarimbit Nusa, scarf bolak-balik dupleks pertama di Indonesi koleksi Katonvie X Itang Yunasz. Itang meyakini, busana dengan konsep sustainable bisa menggairahkan pasar di tengah pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Di tengah penurunan ekonomi nasional dan global saat ini, data nilai ekspor produk fashion, termasuk busana Muslim, justru mengalami kenaikan. Kepala Grup Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indoneisa (BI) Prijono menganggap hal itu merupakan kontribusi positif yang signifikan dari para pelaku usaha mode di Tanah Air terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

"Kami optimis fashion Muslim dapat memberikan kontribusi yang lebih besar lagi," kata Prijono dalam webinar "Penjelasan Rangkaian Kegiatan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2020 Sektor Fashion" yang disimak di Jakarta, Selasa (11/8).

Baca Juga

Dengan mengusung tema "Sustainable Fashion, Sustainable Lifestyle", National Chairman Indonesian Fashion Chamber (IFC), Ali Charisma berharap melalui ISEF, konsep keberlanjutan bukan hanya sebagai strategi bisnis bagi para pelaku usaha fashion Muslim, tapi menjadi gaya hidup yang diterapkan dalam keseharian. Ia mengingatkan bahwa konsep sustainable ditopang oleh tiga pilar, yakni people (masyarakat), planet, dan profit (laba).

“Dengan menjadikan konsep sustainable dan ethical sebagai gaya hidup, bisnis kita bisa berjalan dengan tayib dan berkelanjutan,” ujar Ali.

Desainer busana Muslim dan pemilik jenama Kamilaa, Itang Yunasz, menyoroti bahwa industri mode di Tanah Air berkembang pesat, melebihi negara-negara Muslim lainnya. Di masa pandemi ini, dia meyakini ada celah yang bisa dilakukan desainer Muslim, seperti menciptakan busana yang sesuai konsep sustainable, penggunaan bahan alami yang ramah lingkungan, nyaman dipakai, dan mudah dalam perawatan.

Founder and Head Director Industri Kreatif Syariah (IKRA) Indonesia, Vivi Zubedi, menjelaskan, IKRA Indonesia bisa menjadi platform yang menaungi usaha syariah, antara lain sektor fashion Muslim dalam pengembangan kapasitas, penguatan branding, dan marketing agar produk fashion syariah Indonesia siap bersaing di kancah internasional. Ia meyebut, sekitar 367 UMKM di sektor fashion Muslim serta makanan dan minuman halal telah bergabung dengan IKRA Indonesia.

Vice Chairman of Indonesia Halal Lifestyle Centre (IHLC), Jetty R Hadi menegaskan konsep halal fashion mencakup dua prinsip yang saling terkait. Pertama, sifat halal, yaitu sesuai kaidah kehidupan Islami. Kedua adalah sifat tayib (baik) bahwa seluruh mata rantai penciptaan produk fashion harus santun terhadap alam dan sesama manusia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement