REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Susanto Triyogo*
Indonesia akan memperingati hari kemerdekaan ke-75 tahun. Ini adalah umur yang sangat matang dan sudah mendekati satu abad. Jika kita lahir di tahun 1945 dan masih hidup sampai sekarang, maka secara otomatis kita pasti mengikuti perjalanan bangsa hingga sekarang. Mulai dari awal kemerdekaan, masuk ke orde lama, orde baru dan reformasi. Tapi pertanyaannya sejauh mana kita sebagai bangsa sudah melangkah? Apakah perjalanan bangsa Indonesia selama ini sudah berada pada rel cita-cita kemerdekaan?
Sebelum lebih jauh, Jika kita buka Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 disebutkan bahwa tujuan kemerdekaan dan dibentuknya Negara Republik Indonesia ada empat, yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Sehingga bila kita jabarkan maka akan menjadi delapan poin cita-cita kemerdekaan, yakni (a) mewujudkan negara berketuhanan YME, (b) mewujudkan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, (c) mewujudkan kehidupan kebangsaan yang bebas, (d) melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, (e) memajukan Kesejahteraan Umum, (f) mencerdaskan kehidupan bangsa, (g) melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. (h) mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dari poin-poin tersebut kita bisa melihat bahwa tujuan kemerdekaan kita sangat tegas dan mulia. Tidak satu pun yang bisa membantah. Tetapi, yang menjadi persoalan hingga saat ini adalah upaya untuk mewujudkannya.
Sudah 75 tahun sejak kita merdeka, tapi cita-cita kemerdekaan itu masih sulit kita hadirkan. Padahal, perjuangan untuk memerdekakan bangsa dan negara bukan perkara mudah. Kemerdekaan kita bukanlah hasil dari pemberian orang lain, tapi ia hasil dari perjuangan para pahlawan yang berkorban tenaga, pikiran, keringat, air mata, darah hingga nyawa. Saya tidak erlu menjabarkan berapa juta rakyat yang terlibat, tapi rasanya tidak sedikit yang menjadi syuhada demi membela Tanah Air.
Suatu contoh misalnya terkait dengan cita-cita kemerdekaan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sudah 75 tahun kita merdeka, apakah kehidupan bangsa kita sudah cerdas? Apakah semua rakyat Indonesia terebebas dari kebodohan? Apakah negara sudah bisa memastikan bahwa semua anak-anak Indonesia sudah mendapatkan pendidikan yang layak?
Sangat ironis rasanya justru pendidikan kita berjalan di tempat dan tidak ada kemajuan. Hal ini bisa kita lihat dari beberapa aspek. Pertama biaya pendidikan yang semakin mahal dan tidak terjangkau, khususnya di tingkat menengah sampai perguruan tinggi. Kedua, kurikulum (pendidikan dasar dan menengah) yang tidak standar dan selalu berganti setiap tahun. Ketiga diskriminasi pendidikan yang semakin nyata, pendidikan yang bagus hanya bisa dibeli oleh orang-orang berduit dan terakhir mental korup para pengelola kebijakan.
Oleh karena itu, saat ini kita penting untuk memastikan apakah perjalanan bangsa di umurnya yang ke-75 betul-betul sesuai cita-cita kemerdekaan.
Organisasi KAMMI yang merupakan organisasi mahasiswa dan pemuda yang telah mewakafkan dirinya untuk bangsa dan tanah air, merasa penting untuk mengawal terciptanya cita-cita kemerdekaan. KAMMI yang hadir sebagai organisasi yang tidak terpisahkan dari penderitaan rakyat harus mampu menyelesaikan permasalahan bangsa hingga tuntas denga segala ruang lingkupnya. Kita harus mampu mengedukasi dan mengajak untuk bersama-sama berpikir ulang akan dibawa kemana bangsa yang tumbuh di atas perjuangan para pahlawan ini.
Pancasila dan delapan poin cita-cita kemerdekaan Indonesia harus kita jadikan sebagai dasar dan prasyarat kejayaan untuk kebangkitan gerakan berbasis visi. Dengan visi Jayakan Indonesia 2045, KAMMI akan membangun kebangkitan berbasis visi dan cita-cita. Sehingga apa-apa yang dilakukan saat ini harus berpijak pada visi ke depan akan seperti apa dan bukan hanya semata capaian parsial. Dan peran KAMMI ke depan mencetak mahasiswa dan pemuda yang produktif, kreatif dan berkarakter, serta mengawal pemerintah agar sejalan dengan cita-cita kemerdekaan Indonesia.
Pada akhirnya kita sebagai anak bangsa harus terus beriktiar untuk mewujudkan apa yang menjadi cita-cita kemerdekaan Indonesia. mengutip pesan dari Goenawan Mohamad, " Menjadi Indonesia, adalah menjadi manusia yang bersiap memperbaiki keadaan, tetapi bersiap pula untuk melihat bahwa perbaikan itu tidak akan pernah sempurna dan ikhtiar itu tidak pernah selesai." Mari kita perjuangkan bersama. Merdeka!!
*Pjs Ketua Umum KAMMI