Selasa 18 Aug 2020 16:49 WIB

Marks & Spencer Berencana PHK 7.000 Karyawan

Pandemi Covid-19 kian menghantam bisnis Marks & Spencer.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Pandemi Covid-19 kian menghantam bisnis Marks & Spencer (Foto: ilustrasi Marks & Spencer)
Foto: dok Republika
Pandemi Covid-19 kian menghantam bisnis Marks & Spencer (Foto: ilustrasi Marks & Spencer)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelompok ritel asal Inggris Marks & Spencer akan memangkas 7.000 karyawan dalam kurun waktu tiga bulan ke depan. Keputusan ini menjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) terbesar selama pandemi Covid-19.

Perusahaan menyatakan bahwa pandemi Covid-19 semakin menghantam bisnis mereka di seluruh dunia. Meski demikian hingga kini, perusahaan belum mengungkap berapa jumlah kerugian yang dialami lantaran pandemi.

Baca Juga

Sebagian besar PHK akan dialami para tenaga kerja di pabrik, dengan sekitar 12 persen dari total 60 ribu pekerja pabrik akan kehilangan pekerjaannya. Para karyawan di kantor pusat, manajemen regional juga terdampak.

CEO Marks & Spencer Steve Rowe mengatakan, perusahaan akan terus melakukan transformasi bisnis dan rencana bisnis baru merespon pandemi Covid-19. Sejak pandemi Covid-19 perusahaan telah melakukan berbagai strategi untuk bertahan, salah satunya dengan menjalankan program Never the Same Again.

Menurut dia, program Never the Same Again yang telah berjalan tiga bulan itu masih akan terus berkembang, meskipun prospeknya tidak pasti.

“Sebagai bagian dari program Never The Same Again untuk menanamkan perubahan positif dalam cara mengatasi krisis, hari ini kami mengumumkan proposal yang merampingkan operasi toko dan struktur manajemen. Proposal ini penting untuk menjadikan bisnis lebih ramping dan cepat, untuk melayani kebutuhan pelanggan yang berubah,” kata Rowe seperti dilansir Forbes pada Selasa (18/8).

Menurut laporan Forbes, performa Marks & Spencer sudah mengalami penurunan bahkan sebelum pandemi Covid-19. Penjualan fesyen misalnya, telah mengalami penurunan dari tahun ke tahun, seiring banyaknya pesaing. Para eksekutif kenamaan juga telah digandeng untuk menghidupkan kembali bisnis fesyen Marks & Spencer, namun tidak ada yang dapat mengembalikan merek tersebut ke masa jayanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement