Jumat 21 Aug 2020 08:12 WIB

Islamic Values: 4 Pesan Rasulullah Saat Hijrah ke Madinah

Empat pesan Rasulullah disampaikan ketika baru tiba di Madinah.

Rasulullah memberikan empat nasihat ketika pertama kali tiba ke Madinah setelah melewati perjalanan hijrah yang mencekam.
Foto: Republika/Fitriyan Zamzami
Rasulullah memberikan empat nasihat ketika pertama kali tiba ke Madinah setelah melewati perjalanan hijrah yang mencekam.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: KH Ahmad Jamil, MA, Pimpinan Daarul Qur'an

Kisah hijrahnya baginda Rasul SAW dari tanah kelahiran beliau yaitu Bakkah Mubarokah (Mekkah yang penuh berkah) menuju Yatsrib yang kelak beliau ubah namanya menjadi Madinah adalah kisah penuh hikmah, inspirasi dan nilai. Bahwa berdakwah, mengajak manusia ke jalan Allah penuh dinamika dan tantangan, perlu strategi dan pendekatan, perlu keteladanan dan kesabaran maksimal.

Sebab sebagaimana kita tahu juga bahwa jalan menuju kebahagiaan akhirat pun tidak cukup hanya dengan niat dan maksud baik saja, lantas kita berpangku tangan dan rebahan saja, dibutuhkan kesungguhan dan kerja keras. Diperlukan juga uang dan waktu yang dicurahkan khusus untuknya sebagaimana firman Allah yang termaktub dalam QS. Al Isra' [17]: 19:

"Dan barang siapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan dia beriman, maka mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik."

Izinkan penulis menjabarkan tentang kalimat baginda Rasulullah shallallahu 'alaihii wa sallam saat beliau baru saja tiba di Yatsrib (Madinah). Yah, kalimat yang sangat magis dan memukau bagi hadirin yang menanti kedatangan beliau SAW, mereka bukan hanya para sahabat yang sudah beriman namun terdiri dari banyak suku dan pemeluk agama lain, pesan yang simple namun sarat makna dan penuh nilai.

Nasihat yang sangat universal sebab di awali dengan panggilan "أيها الناس" (wahai manusia) dan uniknya nasehat yang fundamental ini sampai kepada kita dari Abdullah Bin Salam RA, sahabat Rasul SAW yang kala itu belum beriman, dan menariknya beliau adalah seorang pemuka Yahudi yang sangat terkenal di Madinah. Nama panggilan (kun-yah) beliau sebelum memeluk Islam adalah Abu Yusuf. Nama asli beliau menurut riwayat yang masyhur adalah Al Husain. Rasulullah SAW memberikan beliau nama Abdullah setelah bersyahadat dan menyatakan keislamannya.

Sebagai orang yang sangat memahami kitab Taurat pada masanya, tentu semangat dan kesungguhan beliau sangat tinggi untuk terus meneliti kabar dari taurat bahwa Nabi terakhir akan diutus dengan ciri-ciri yang telah termaktub dalam kitab mereka. Nah saat yang ditunggu akan tiba, tentu membuatnya tak mau ketinggalan dalam penyambutan. Beliau bertutur sebagai berikut :

"Tatkala Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tiba di Madinah, maka orang-orang bergegas menyambut kedatangan beliau dengan menyerukan, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam datang! Rasulullah datang! Rasulullah datang! "hingga tiga kali. Maka aku ikut berjubel di tengah-tengah kerumunan manusia untuk melihat beliau, ketika telah jelas kupandang wajahnya, maka bisa kuketahui raut muka beliau bukanlah raut muka seorang pendusta. Ucapan pertama kali yang aku dengar dari beliau adalah: "Wahai manusia, tebarkanlah salam, berilah makan, sambunglah tali persaudaraan, shalatlah di malam hari ketika manusia terlelap tidur, niscaya kalian masuk surga dengan selamat." (HR. Ibnu Majah No 3242)

Mari kita perhatikan dengan seksama apa saja pesan baginda Rasul SAW yang sarat nilai tersebut:

1. Tebarkanlah salam (Peacefull)

Pesan perdamaian yang dibawa baginda Rasulullah SAW ini adalah salahsatu prinsip fundamental seorang muslim bahkan manusia secara umum sejatinya menjalankan pesan ini. Dalam kesempatan lain beliau SAW menyatakan bahwa seorang Muslim mempunyai hak terhadap muslim lainnya, salah satunya adalah mengucapkan salam bila berjumpa dengan Muslim lainnya (idza laqitahu fasallim 'alaihi).

Ibadah shalat pun mendidik kita untuk selalu menebar kedamaian dan keselamatan. Bagaimana tidak, salam malah menjadi penutup bagi shalat kita yang diucapkan semua orang yang shalat terlepas apakah ia imam ataukah ma'mum, semua mengucapkan salam hatta walau imam mengucap salam makmum tidak diperkenankan menjawabnya tetapi sama-sama mengucap sembari menengok ke kanan dan kiri.

Semua itu seakan Allah mengajarkan kepada kita, tebarlah kedamaian kepada orang di sekitarmu, tegur, sapa, dan berbuat baiklah terhadap keluargamu, saudaramu, tetanggamu, sahabatmu, orang yang kau jumpai di sekitarmu, serta di manapun kau berada, buatlah mereka nyaman dan merasa damai dan tentram hatinnya dengan kehadiranmu. Buat mereka tersenyum bukan malah menjadi trouble maker di masyarakat atau jadi biang kerok. Namun jadilah sosok yang disenangi sebab kebaikan dan manfaat yang disebar, jadilah sosok yang disegani sebab keluhuran akhlak, kedalaman ilmu dan wawasan serta kedewasaan dalam bersikap. Indah kan?

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement