Jumat 21 Aug 2020 20:13 WIB

Mengapa Masker dari Bahan Kain Elastis tak Direkomendasikan?

Pemilihan bahan masker yang tepat sangat penting di masa pandemi Covid-19.

Aneka masker scuba dengan motif tokoh kartun di jual di Yogyakarta, Jumat (26/6). Masker dengan bahan elastis tidak direkomendasikan semasa pandemi Covid-19.
Foto: Wihdan Hidayat/ Republika
Aneka masker scuba dengan motif tokoh kartun di jual di Yogyakarta, Jumat (26/6). Masker dengan bahan elastis tidak direkomendasikan semasa pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan Covid-19 Prof Dr dr Syamsul Arifin MPd mengatakan masker bisa memberikan perlindungan semu. Itu terjadi ketika bahan masker tidak standar dan cara penggunaannya salah.

"Melalui pemahaman paripurna akan masker yang baik diharapkan pemakaian masker tidak memberikan perlindungan semu dari transmisi Covid-19," ujarnya di Banjarmasin, Jumat.

Baca Juga

Syamsul menjelaskan, pemahaman paripurna tentang masker meliputi sejak persiapan, pemakaian, maupun pelepasan masker. Pemilihan bahan merupakan langkah pertama yang penting karena filtrasi (hambatan) dan kemudahan bernapas berbeda-beda sesuai kainnya.

Menurut Syamsul, tidak disarankan menggunakan bahan elastis untuk membuat masker. Pada saat dipakai, bahan masker dapat tertarik di wajah, sehingga ukuran pori meningkat dan efisiensi filtrasi menurun selama digunakan.

Selain itu, kualitas bahan yang elastis dapat menurun seiring waktu dan sensitif terhadap pencucian dengan suhu tinggi, katanya.

Selain bahan, menurut Syamsul, bentuk masker juga wajib diperhatikan. Disarankan dia, masker dirancang agar dapat rapat di bagian hidung, pipi, dan dagu pemakainya.

Saat bagian pinggir masker tidak menutup rapat pada wajah dan bergeser, misalnya saat berbicara, udara dari dalam atau luar menembus melalui bagian pinggir masker dan tidak difilter melalui kain masker. Kebocoran udara yang masuk dan keluar tanpa tersaring dapat diakibatkan oleh ukuran dan bentuk masker.

"Penting dipastikan bahwa masker dapat tetap di tempatnya dengan nyaman tanpa perlu banyak disesuaikan dari tali elastisnya atau ikatannya," jelas Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran ULM itu.

Syamsul menyebut, semua masker harus diganti jika basah atau terlihat kotor. Masker yang basah tidak boleh digunakan untuk waktu yang lama.

Lama penggunaan maksimal empat jam. Masyarakat perlu menyiapkan masker kain cadangan ketika beraktivitas di luar rumah.

Kemudian hindari menyentuh masker saat memakainya. Lepaskan masker tanpa menyentuh bagian depan masker melainkan lepas ikatan masker dari belakang.

Masker nonmedis harus sering dicuci dan ditangani dengan hati-hati agar tidak terkontaminasi barang-barang lain. Jika lapisan kain terlihat lusuh maka masker tidak boleh lagi digunakan dan harus segera dibuang.

"Program Gebrak Masker (Gerakan Bersama Pakai Masker) yang kini digulirkan pemerintah harus dapat mencapai tujuannya dengan efektif, sehingga anggaran besar yang dikeluarkan tidak sia-sia dan terbuang secara percuma," kata pria yang menjabat Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Palangkaraya itu.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement