Sabtu 22 Aug 2020 19:05 WIB

Ilmuwan akan Berburu Planet Palsu dengan Teleskop Baru

Jumlah planet palsu di Bima Sakti diprediksi lebih banyak dibandingkan bintang.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
  Hasil simulasi komputer tentang pembentukan galaksi-galaksi kerdil di sekitar Bima Sakti.
Foto: antara
Hasil simulasi komputer tentang pembentukan galaksi-galaksi kerdil di sekitar Bima Sakti.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA-- Badan Antariksa AS (NASA) memiliki sebuah misi dapat menemukan lebih banyak planet palsu di luar angkasa yang tidak mengorbit matahari di masa mendatang. Pencarian planet palsu ini akan dilakukan menggunakan instrumen baru yang akan diluncurkan 5 tahun lagi.

Hipotesa ini dipublikasikan di Astronomical Journal. Studi tersebut menghitung bahwa teleskop luar angkasa Nancy Grace Roman NASA yang akan datang dapat menemukan ratusan planet palsu di Bima Sakti.

Baca Juga

Mahasiswa pascasarjana astronomi di The Ohio State University dan penulis utama studi, Samson Johnson mengatakan mengidentifikasi planet-planet itu akan membantu para ilmuwan menyimpulkan jumlah total planet yang mengapung di galaksi Bima Sakti.

Dilansir dari Phys ORG, Sabtu (22/8), planet palsu yang mengapung bebas adalah objek terisolasi yang memiliki massa mirip dengan planet. Asal-usul benda-benda tersebut tidak diketahui, tetapi satu kemungkinan adalah benda-benda tersebut sebelum terikat pada bintang induk.

“Alam semesta bisa penuh dengan planet palsu dan kita bahkan tidak akan menyadarinya,” kata seorang profesor astronomi dan sarjana universitas terkemuka di Ohio dan salah satu penulis makalah tersebut, Scott Gaudi.

“Kami tidak akan pernah tahu tanpa melakukan survei pelensaan mikro berbasis ruang angkasa yang menyeluruh seperti yang akan dilakukan teleskop Roman,” ujarnya lagi.

Planet palsu bisa terbentuk di cakram gas di sekitar bintang muda, mirip dengan planet yang masih terikat pada bintang induknya. Setelah terbentuk, mereka nantinya dapat dikeluarkan melalui interaksi dengan planet lain di sistem atau bahkan terbang oleh bintang lain. Planet palsu bisa juga terbentuk saat debu dan gas berputar bersama, mirip dengan cara bintang terbentuk.

Teleskop Roman, kata Johnson, dirancang tidak hanya untuk menemukan planet yang mengambang bebas di Bima Sakti, namun juga untuk menguji teori dan model yang memprediksi bagaimana planet-planet ini terbentuk. Studi Johnson menemukan misi ini kemungkinan 10 kali lebih sensitif terhadap objek-objek ini daripada upaya yang telah ada.

Penelitian ini akan fokus pada planet-planet di Bima Sakti, antara matahari dan pusat galaksi manusia, yang mencakup sekitar 24.000 tahun cahaya.

"Ada beberapa planet palsu yang ditemukan. Namun, untuk mendapatkan gambaran lengkap, taruhan terbaik kami adalah sesuatu seperti Roman. Ini adalah batasan yang benar-benar baru,” kata Johnson.

Planet palsu secara historis sulit dideteksi. Para astronom menemukan planet di luar tata surya Bumi pada 1990-an. Planet-planet itu, yang disebut exoplanet, berkisar dari bola gas yang sangat panas hingga berbatu dan berdebu. Banyak dari mereka mengitari bintang mereka sendiri, seperti Bumi mengitari matahari.

Tetapi kemungkinan besar beberapa dari mereka tidak mengitari bintang induk. Meskipun para astronom memiliki teori tentang bagaimana planet-planet palsu terbentuk, tidak ada misi yang mempelajari dunia-dunia itu secara mendetail, seperti yang diinginkan Roman.

Misi tersebut, yang dijadwalkan akan diluncurkan dalam lima tahun ke depan, akan mencari planet-planet palsu menggunakan teknik yang disebut pelensaan mikro planet. Caranya, dengan membengkokkan dan memperbesar cahaya yang datang dari bintang yang lewat di belakangnya dari sudut pandang teleskop.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement