REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar 422 juta orang di seluruh dunia mengidap penyakit gula atau diabetes tipe 1 dan tipe 2. Kini ilmuwan AS kembangkan terapi cangkok sel punca untuk memproduksi sel produsen insulin buat penderita diabetes tipe 1.
Diabetes tipe 1 adalah penyakit genetika, dimana sistem kekebalan tubuh menyerang sel beta di dalam klaster pankreas yang disebut pulau langerhans. Kebanyakan penderitanya adalah anak-anak dan remaja.
Sel beta bertanggung jawab untuk mengontrol kadar gula dalam darah dan memproduksi insulin untuk menjaga tetap stabil. Tanpa sel beta, para penderita diabetes harus mendapat suntikan insulin.
Salah satu cara pengobatan diabetes tipe 1 adalah dengan transplantasi pulau langerhans (daerah pankreas yang menghasilkan sel-sel penghasil hormon) dari donor. Namun, prosesnya sangat rumit dan punya banyak kendala, termasuk kelangkaan donor.
Pulau langerhans seringkali gagal melakukan koneksi dengan suplai darah. Jika berhasil terkoneksi, ada risiko lain yang muncul, yakni diserang oleh sistem kekebalan tubuh resipien, sama seperti tindakan cangkok organ tubuh lainnya.
Untuk menghindari serangan, pasien harus minum obat yang menekan sistem kekebalan tubuh untuk melindungi sel transplantasi. Tapi ini menjadi potensi terpaparnya bagian tubuh lain oleh penyakit.
Cangkok sel punca organoid
Para ilmuwan kini mencoba melewati semua kendala itu dengan terapi cangkok sel punca yang memproduksi organoid mirip pulau langerhans manusia atau HILO. Sel ini jika tumbuh dalam lingkungan 3 dimensi, akan meniru pankreas dan setelah itu diberi perangkat “turbo“ berupa saklar genetika.
Sel ini terbukti sukses memproduksi insulin dan meregulasi kadar gula darah pada tikus percobaan di laboratorum. “Sebelumnya, fungsi seperti ini baru tercapai setelah beberapa bulan sel yang ditransplantasi menjadi dewasa dalam tubuh tikus percobaan,“ ujar Ronald Evans, direktur Gene Expression Lab di Salk Institue for Bilogical Studies, AS.
“Terobosan yang tercapai, memungkinkan produksi HILO yang fungsional dan aktif dari hari pertama transplantasi. Ini memicu kami makin dekat pada aplikasi klinisnya,“ ujar Evans yang memimpin riset.
Atasi penolakan oleh sistem imunitas
Setelah menemukan cara potensial untuk mengatasi kendala pasokan sel donor, para ilmuwan kini memfokuskan perhatian, untuk mengatasi masalah penolakan oleh sistem kekebalan tubuh. Mereka membidik apa yang disebut protein checkpoint PD-L1, yang diketahui memblokir respons kekebalan tubuh.
Pada terapi kanker, obat yang diberikan kadang memblokir protein PD-L1 untuk mendongkrak respons kekebalan tubuh terhadap sel kanker. Kini para ilmuwan membalik prosesnya, dengan menginduksi HILO untuk meniru protein itu, dengan tujuan memblokir penolakan sistem imunitas.
“Biasanya sel tubuh manusia yang disisipkan pada tikus percobaan akan dihancurkan dalam waktu sehari atau dua hari,“ ucapEvans.
“Kami telah menemukan cara untuk menciptakan perisai imunitas, yang membuat sel manusia itu tidak terlihat oleh sistem kekebalan tubuh,“ tambah ilmuwan ini.
Dengan metode itu, sel punca organoid yang dicangkokkan dapat terus memproduksi insulin yang meregulasi kadar gula darah pada tikus percobaan hingga lebih 50 hari.
Dengan kemampuan menumbuhkan sel yang memproduksi insulin dan melindunginya dari serangan sistem kekebalan tubuh. Hal ini membuat semakin dekat pada kemungkinan mempunyai potensi terapi untuk pasien diabetes tipe 1.
sumber: https://www.dw.com/id/terapi-sel-punca-buka-harapan-bagi-pengidap-diabetes/a-54636916