Selasa 01 Sep 2020 17:13 WIB

Musim Gugur, Virus Corona Makin Tahan di Permukaan Benda

Virus corona tampak menyukai lingkungan bertemperatur dan kelembapan yang rendah.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Ilustrasi virus corona dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat. Virus corona tampak mampu bertahan hidup lebih lama di permukaan benda pada musim gugur.
Foto: CDC via AP, File
Ilustrasi virus corona dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat. Virus corona tampak mampu bertahan hidup lebih lama di permukaan benda pada musim gugur.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Sebuah studi terbaru di Amerika Serikat (AS) menunjukkan virus corona jenis baru, SARS-CoV-2 mungkin dapat bertahan hidup di permukaan luar ruangan lebih lama saat musim gugur. Musim ini dimulai pada September hingga November di negara-negara belahan utara Bumi.

Para peneliti menemukan bahwa dalam suhu dan kelembapan yang lebih rendah, contohnya, virus dapat tetap berada di jaket pendaki gunung jika ia berada di luar selama sepekan. Virus masih memiliki kemampuan untuk menular pada waktu itu. Sedangkan, selama musim panas, virus penyebab Covid-19 itu diperkirakan dapat bertahan hidup antara satu sampai tiga hari.

Baca Juga

Bertambah lamanya masa kelangsungan hidup virus pada permukaan benda selama musim gugur dapat berpotensi pada merebaknya wabah baru. Tim peneliti yang dipimpin oleh Juergen Richt, profesor mikrobiologi veteriner di Kansas State University meyakini virus juga akan bertahan lebih lama di dalam ruangan dalam kondisi yang lebih dingin dan tidak terlalu lembap.

Studi tersebut menemukan bahwa waktu paruh rata-rata atau tingkat kerusakan virus, hampir delapan jam pada gagang pintu baja tahan karat atau hampir 10 jam di jendela, yang kira-kira dua kali lipat durasinya dibanding pada musim panas. SARS-CoV-2 telah beradaptasi dengan baik pada manusia.

Tetapi, untuk bertahan hidup di luar inang manusianya, saat menyebar melalui tetesan pernapasan dan permukaan yang terkontaminasi, patogen tersebut diyakini lebih menyukai suhu dan kelembapan yang lebih rendah. Dalam penelitian, tim Richt menggunakan data iklim dari Amerika Midwest untuk membuat ulang musim buatan di ruang keamanan hayati.

Suhu dikontrol pada 13 derajat Celcius dan 66 persen kelembapan relatif untuk musim semi dan musim gugur, sedangkan untuk musim panas dijaga pada 25 derajat dan 70 persen. Virus tersebut kemudian dioleskan ke permukaan dari 12 bahan yang bersentuhan dengan orang setiap hari, seperti karton, beton, karet, sarung tangan, dan masker N95.

Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah kelangsungan hidup virus berubah seiring musim. Sebelumnya, dalam pandemi, komunitas peneliti yang berharap penyebaran virus akan melambat di musim panas meyakini bahwa virus cenderung tidak akan bertahan di udara dalam cuaca yang lebih hangat.

Tetapi munculnya kembali Covid-19 di banyak daerah, terutama AS, negara dengan jumlah kasus infeksi tertinggi, yakni hampir 80 ribu kasus tercatat per hari pada puncak musim panas, menimbulkan pertanyaan apakah ada kaitannya dengan dampak musiman. Hasil studi Midwest dengan jelas menunjukkan bahwa virus bertahan lebih lama saat musim semi atau musim gugur, bukan kondisi musim panas.

Tren itu diamati pada semua bahan yang diuji, dengan derajat yang berbeda-beda. Dari semuanya, virus bertahan paling lama di Tyvek, bahan sintetis yang digunakan untuk banyak hal, mulai dari di rumah, hingga sebagai peralatan pelindung pribadi dan pakaian luar ruangan, dengan waktu paruh hingga 45 jam.

Musim gugur juga dapat menyebabkan peningkatan penyakit menular lainnya seperti flu, yang selanjutnya dapat menekan sistem perawatan kesehatan. Studi terbaru yang diunggah ke situs web pracetak bioRxiv dan belum ditinjau sejawat itu memperingatkan bahwa faktor tersebut juga dapat menyebabkan pasien mengalami beberapa infeksi yang membuat gejala mereka menjadi lebih buruk.

Richt dan rekan-rekannya mendesak orang-orang untuk menjaga kebersihan pribadi yang baik dan disinfeksi permukaan yang berpotensi terkontaminasi secara teratur untuk mencegah penyebaran virus. Studi ini mengikuti peringatan awal bulan ini dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) tentang potensi situasi menjadi lebih buruk di musim gugur.

Direktur CDC Robert Redfield mengatakan, orang-orang perlu melakukan empat hal, yaitu memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, dan bijak saat menghadapi banyak orang. Jika tidak, katanya, ini bisa menjadi kejatuhan terburuk yang pernah terjadi dari perspektif kesehatan masyarakat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement