REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pandemi Covid-19 berpengaruh kepada semua daerah di Indonesia. Tapi, mendorong pula implementasi kota pintar (smart city) di Tanah Air dalam mendukung penerapan tatanan normal baru di tengah-tengah pandemi.
Pakar kota pintar UGM, Dr Rini Rachmawati mengatakan, implementasi kota pintar sudah banyak dilakukan dalam menghadapi Covid-19. Tiap daerah miliki program-program yang mendukung dengan memanfaatkan media sosial dan ICT.
"Dalam normal baru, kota/kabupaten menerapkan ICT yang saling terintegrasi dan berpedoman panduan yang ditetapkan pemerintah. Dari smart governance, bisa dengan pelayanan berbasis ICT dan penguatan informasi publik," kata Rini.
Dari sisi smart economy dan smart branding, dapat pula ditunjukkan melalui penguatan UMKM, inovasi produk, dan pemasaran dengan pemanfaatan ICT. Serta, perubahan gaya masyarakat dalam mengakses pelayanan ekonomi secara daring.
Beberapa daerah sudah menerapkannya. Kabupaten Kendal, misalnya, ada inovasi aplikasi pasar tradisional, zonasi ke satu kecamatan memenuhi kebutuhan desa, dan penguatan ekonomi lokal yang mencapai hampir 2.000 pedagang anggota.
Lalu, Kabupaten Kutai mengembangkan aplikasi untuk membantu pemasaran dan pengantaran produk UMKM dan pedagang. Kemudian, pelayanan jasa transportasi lokal, pembayaran pajak, dan aplikasi kependudukan dan catatan sipil daring.
Selain itu, dari smart society dapat dikaitkan dengan kearifan lokal yaitu budaya gotong royong, tepo seliro, guyup rukun, dan masyarakat cerdas. Bisa pula tercermin dalam kuatkan kemampuan menghadapi situasi pandemi Covid-19.
Sedangkan, dari smart environment dan smart living berupa budaya hidup sehat dan kesadaran lingkungan. Bisa lewat inisiasi pemakaian disinfektan, serta penggunaan masker, sekaligus dapat meningkatkan UMKM dalam pembuatan masker.
"Untuk mencapai kesuksesan dalam mengimplementasikan smart city dalam masa pandemi dan menghadapi new normal perlu ada sinergi dan upaya bersama dari semua pihak baik dari sisi pemerintah, masyarakat, maupun swasta," ujar Rini.
Rini menekankan, menuju kota pintar perlu ada pengembangan infrastruktur. Di antaranya ketersediaan sumber daya listrik, infrastruktur jaringan internet dengan bandwidth besar dan jangkauan luas, pengembangan sektor berbasis ICT.
Tentu, bisa dikaitkan dengan kreativitas, penyediaan jaringan internet lewat jaringan nirkabel (WiFi) di ruang publik dan pelayanan yang didukung ICT, dan lainnya. Perlu pula disusun masterplan smart city lengkap dengan road map.
Bisa berisi program-program yang selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Di samping itu, perlu pembentukan institusi khusus yang menangani kota pintar di kabupaten, provinsi, nasional, dan sektor lain.
"Upaya pencapaian smart city perlu didukung smart community menuju society 5.0 dengan pencapaian smart economy dan smart branding untuk memperkuat 4.0 ," kata Rini, dalam orasi ilmiah di Dies Natalis ke-57 Fakultas Geografi UGM.