Rabu 02 Sep 2020 20:13 WIB

Penyebab Insomnia dan Cara Mendeteksinya

Insomnia seringkali dikaitkan dengan kesulitan tidur di malam hari.

Rep: Santi Sopia/ Red: Nora Azizah
Insomnia seringkali dikaitkan dengan kesulitan tidur di malam hari (Foto: ilustrasi tidur)
Foto: www.freepik.com
Insomnia seringkali dikaitkan dengan kesulitan tidur di malam hari (Foto: ilustrasi tidur)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Insomnia seringkali dikaitkan dengan kesulitan tidur di malam hari ataupun terjaga sepanjang malam. Dilansir di laman Cnet, Rabu (2/9), sekitar 30 persen orang mengalami kesulitan tidur, dan 10 persen di antaranya akan mendapatkan diagnosis insomnia.

Menurut Dr Deirdre Conroy, Direktur Klinis Klinik Pengobatan Tidur Perilaku di Pusat Gangguan Tidur Pengobatan Michigan, dari 10 persen orang yang telah didiagnosis insomnia, sekitar 40 persennya mengalami gangguan kesehatan mental. Hal ini berdasarkan data dari National Sleep Foundation.

Baca Juga

"Tidak mengherankan mengingat kebanyakan orang saat mereka stres akan kesulitan tidur," kata Conroy.

Masalah kesehatan mental adalah salah satu penyebab terbesar insomnia. Secara garis besar, insomnia adalah gangguan tidur yang ditandai dengan sulitnya tidur. Insomnia dapat terjadi dalam waktu singkat, atau dapat berlangsung lama yang disebut insomnia kronis.

Tidak ada tes atau praktik yang secara khusus dapat mendiagnosis insomnia. Kebanyakan dokter akan mencari beberapa gejala kunci untuk membuat diagnosis.

"Pasien harus memberitahu bahwa mereka mengalami kesulitan untuk tidur atau tetap tertidur atau bangun terlalu pagi, dan itu mengganggu fungsi siang hari mereka dalam beberapa hal," kata Conroy.

Aktivitas siang hari dapat terlihat berbeda untuk setiap orang. Ada yang merasa lebih mudah tersinggung atau sedih atau, dalam beberapa kasus ekstrim, dapat tertidur di tengah hari ketika mencoba untuk bekerja.

Selain mengalami kesulitan tidur, tertidur atau bangun terlalu dini, gejala insomnia lainnya  termasuk, tidak merasa cukup istirahat setelah tidur malam, kelelahan atau kantuk di siang hari. Kemudian juga depresi atau kecemasan, kesulitan memperhatikan, fokus pada tugas atau mengingat, meningkatnya kesalahan atau kecelakaan, hingga kekhawatiran terus menerus tentang tidur.

photo
Kurang tidur (ilustrasi). - (www.freepik.com)

Mendeteksi insomnia

Banyak orang akan mengalami masalah tidur, yang terkadang terkait dengan peristiwa stres atau faktor kehidupan lain yang memengaruhi tidur, seperti misalnya harus mengurus bayi. Tetapi insomnia memiliki serangkaian gejala tertentu. Misalnya, jika hanya mengalami masalah tidur selama satu atau dua pekan, kemungkinan besar itu bukan insomnia.

Hal pertama yang akan ditanyakan dokter adalah berapa lama pasien sulit tidur. Jika lebih dari sebulan, boleh jadi akan didiagnosa insomnia. Apabila masalah tidur berdampak signifikan pada kualitas hidup atau memengaruhi pekerjaan atau kehidupan sosial, dokter juga kemungkinan akan mendiagnosa insomnia.

Dokter juga akan memastikan masalah tidur tidak terkait langsung dengan obat lain atau zat lain yang dikonsumsi. Tidak akan ada tes darah, bahkan studi tidur tidak diindikasikan untuk insomnia jika tidak ada komplikasi medis lainnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement