Kamis 03 Sep 2020 00:50 WIB

Cara Kenali Risiko Kanker Prostat dari Lingkar Pinggang

Kanker prostat merupakan kanker kedua paling banyak ditemukan pada laki-laki.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Kanker prostat merupakan kanker kedua paling banyak ditemukan pada laki-laki (Foto: ilustrasi)
Foto: wikimedia
Kanker prostat merupakan kanker kedua paling banyak ditemukan pada laki-laki (Foto: ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kanker prostat merupakan kanker kedua paling banyak yang ditemukan pada laki-laki di dunia. Salah satu cara sederhana untuk mewaspadai risiko kanker prostat pada laki-laki adalah melalui pengukuran lingkar pinggang.

Cara sederhana ini diungkapkan oleh tim peneliti dari Unit Epidemiologi Kanker di University of Oxford melalui sebuah studi. Studi ini melibatkan 218.225 laki-laki berusia 40-69 tahun yang tak memiliki kanker. Kesehatan mereka dipantau selama rata-rata 10 tahun.

Baca Juga

Selama studi berlangsung, tim peneliti mencatat beberapa informasi dari para partisipan. Informasi yang dicatat meliputi indeks massa tubuh (IMT), persentase lemak tubuh total, lingkar pinggang, dan rasio pinggang ke pinggul.

Sekitar 25 persen dari partisipan memiliki lingkar pinggang di atas 103 sentimeter. Sekitar 25 persen lainnya juga memiliki lingkar pinggang kurang dari 90 sentimeter.

Sebanyak 517 partisipan meninggal akibat kanker prostat selama periode studi berlangsung. Tim peneliti lalu menemukan bahwa para partisipan yang terkena kanker prostat memiliki lingkar pinggang yang besar, yaitu lebih dari 103 sentimeter.

Setelah menganalisis berbagai data, tim peneliti menyimpulkan bahwa laki-laki yang memiliki lingkar pinggang lebih dari 103 sentimeter memiliki risiko kematian akibat kanker prostat 35 persen lebih tinggi dibandingkan partisipan dengan lingkar pinggang di bawah 90 sentimeter.

Laki-laki dengan rasio pinggang ke pinggul yang besar juga memiliki risiko kematian akibat kanker prostat 34 persen lebih tinggi. Rasio pinggang ke pinggul memberikan gambaran mengenai lokasi lemak yang tersimpan di sekitar bagian tengah tubuh.

Tim peneliti tidak menemukan hubungan jelas antara IMT atau persentase lemak total dengan risiko kematian akibat kanker prostat. Hal ini menunjukkan bahwa risiko kanker prostat hanya berkaitan dengan kelebihan lemak di sekitar bagian tengah tubuh.

"Kami menemukan hubungan yang signifkan antara konsentrasi lemak tubuh di sekitar perut dan pinggang dan risiko kematian akibat kanker prostat," ujar ketua tim peneliti Dr Aurora Perez-Cornago, seperti dilansir Metro, Rabu (2/9).

Dr Perez-Cornago mengatakan lingkar pinggang dan rasio pinggang ke pinggul merupakan penanda lemak viseral yang lebih baik dibandingkan IMT. Lemak viseral adalah lemak yang tersimpan di dalam rongga perut dan di sekitar organ-organ internal yang penting.

Lemak viseral yang menumpuk di sekitar perut dinilai berbahaya karena lokasinya berada di sekitar organ-organ vital. Penumpukan lemak viseral juga berkaitan dengan gangguan metabolik dan hormonal.

"Dan ini yang mungkin emmainkan peran dalam perkembangan kanker prostat," jawab Dr Perez-Cornago.

Ada beberapa gejala kanker prostat yang juga perlu diwaspadai. Gejala tersebut antara lain buang air kecil lebih sering, bangun di malam hari untuk buang air kecil, kesulitan buang air kecil seperti aliran urin yang lemah atau buang air kecil tidak tuntas, serta darah atau air mani pada urin.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement