Kamis 03 Sep 2020 12:24 WIB
Cerita di Balik Berita

Basah Kuyup Tersiram Air Mobil Pemadam Kebakaran

Tugas reporter mencari berita sampai dapat, dimuat atau tidak itu urusan redaktur.

M Subroto, Jurnalist Republika
Foto: Daan Yahya/Republika
M Subroto, Jurnalist Republika

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Subroto, Jurnalis Republika

Waktu kerja wartawan itu tidak pasti. Boleh dibilang 24 jam harus siap sedia. Kadang kita sedang jalan-jalan, eh, di jalan ada peristiwa kecelakaan. Tak harus menunggu, naluri wartawan harus meliput.

Baca Juga

Pokoknya tak bisa menghindar dari peristiwa. Apalagi jadi reporter, pasukan di lapangan. Apa yang diperintahkan redaktur harus jalan. Apa yang diminta dikejar harus dapat.

Saat itu, akhir tahun 1996, aku masih menjadi reporter baru di Republika. Masih percobaan. Aku ditempatkan di  Jakarta Timur.

Malam hari usai membuat berita, kami sesama reporter baru, biasanya ngobrol-ngobrol di kantor. Baru pukul 20.00 WIB. Tiba-tiba, Koordinator Liputan Sapto Anggoro memerintahkan untuk meluncur ke Jakarta Barat. Infonya ada kebakaran besar di Jalan Daan Mogot.

Jakarta Barat bukan wilayah liputanku. Tapi ini perintah korlip. Mana berani bantah? Apalagi aku masih calon reporter, belum diangkat.

Dengan angkutan umum, aku segera meluncur ke tempat kejadian yang disebut Sapto. Lokasi kebakaran terletak di bantaran Kali Daan Mogot atau Kali Mookevart. Saat tiba di tempat, api masih membumbung membakar rumah-rumah bedeng di sepanjang bantaran sungai.

Suasana sangat ramai. Warga berlarian ke sana sini. Ada yang membantu memadamkan api, ada yang menyelamatkan barang-barangnya, ada yang juga yang sekedar menonton. Mobil pemadam kebakaran datang. Dibantu warga, petugas menyemprotkan air.

Selama beberapa saat aku menyaksikan peristiwa itu. Mencatat hal-hal penting, mewawancarai warga, ketua RT, dan petugas pemadam kebakaran.

Kakiku sampai terjerembab lumpur saat mengikuti petugas pemadam kebakaran beraksi. Lumpur sungai itu baunya minta ampun. Baju juga basah terkena semprotan air dari mobil pemadam kebakaran. Tapi tak ku pedulikan. Yang penting dapat berita bagus.

Tak sampai satu jam api berhasil dipadamkan. Aku bersiap mengirim berita ke kantor. Sudah pukul 22.00 WIB lewat. Saat itu handphone belum familiar. Untuk mengirim berita kami harus menelepon kantor dari telepon umum atau mencari faksimili di warung telekomunikasi (wartel).

Sudah berjalan jauh tapi tak kunjung bertemu wartel. Semua wartel susah tutup, karena biasanya beroperasi hanya sampai pukul 21.00 WIB.

Aku terus berjalan mencari telepon umum. Lelah dan badan yang bau lumpur sungai tak lagi dihiraukan. Dapat. Dengan koin yang terbatas aku harus buru-buru menelepon, melaporkan berita ke kantor.

Di ujung telepon Sapto Anggoro masih menunggu. Aku melaporkan liputan barusan. Sapto seperti mencatat, beberapa kali dia meminta mengulang informasi. Kadang dia juga meminta mengeja nama warga yang ku sebutkan.

Laporan beres. Sapto bilang informasinya sudah lengkap. Aku berpikir besok berita itu akan turun di koran. Eksklusif liputan kebakaran dari lapangan langsung. Aku akan pamer ke teman-teman calon reporter lainnya.

“Besok dimuat halaman berapa Mas ?” tanyaku.

“Wah, ini sudah lewat deadline. Jadi tulisannya nggak bisa dimuat,” jawab Sapto enteng.

Hah, jadi kerja keras dari tadi cuma untuk dicatat saja? Tidak bisa dimuat? Jadi buat apa bersusah payah sampai badan bau dan basah kuyup?

Aku mau protes ke Sapto. Tapi, ”tuuut..tut…tuuut…” telepon umum terputus. Dan aku sudah kehabisan koin untuk menyambung telepon lagi. Terpaksa pasrah, berjalan lunglai mencari angkutan pulang.

Tugas reporter memang mencari berita sampai dapat. Soal dimuat tidak, itu urusan redaktur di kantor. Nasib.

Tips melakukan liputan di lapangan

- Datang ke lokasi untuk mendapatkan data dari tangan pertama

- Lakukan pengamatan di tempat kejadian

- Wawancara pihak-pihak yang langsung terkait dengan peristiwa

- Waspada dengan nara sumber yang sebenarnya tidak kompeten

- Selalu minta nomor kontak narasumber agar mudah dihubungi kembali

- Catat dan rekam informasi penting

- Pertimbangkan  soal resiko keamanan

- Pastikan informasi 5W + H sudah didapatkan

- Lakukan riset untuk memperkaya data di lapangan

- Kembangkan tulisan dengan sumber lain yang terkait dengan peristiwa.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement