REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Belakangan ini muncul laporan mengenai pasien Covid-19 yang mengalami kondisi happy hypoxia atau silent hypoxia. Pasien Covid-19 tersebut tampak tidak memiliki keluhan, meski sel dan jaringan tubuhnya kekurangan oksigen. Mengapa pasien bisa tidak menyadarinya?
"(Covid-19) memang utamanya adalah menyerang paru-paru," jelas Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH, saat dihubungi Republika.co.id.
Covid-19 dapat menyebabkan peradangan yang luas di paru-paru sehingga menyebabkan fungsi paru menurun. Dalam kondisi normal, pasien dengan penurunan fungsi paru akan mengalami sesak napas sebagai respons tubuh untuk mendapatkan oksigen lebih banyak.
Akan tetapi, pasien Covid-19 yang mengalami happy hypoxia tampak tidak mengalami sesak napas meski saturasi oksigennya di bawah normal. Ketidakmunculan sesak napas pada pasien Covid-19 justru berbahaya.
Alasannya, sesak napas "dibutuhkan" dalam kondisi hipoksia sebagai pertanda bahwa ada sesuatu yang tidak beres pada paru-paru. Tanpa kemunculan sesak napas ini, pasien yang mengalami hipoksia tidak menyadari kondisinya sehingga berisiko terlambat untuk mendapatkan penanganan medis di rumah sakit.
Prof Ari mengungkapkan, ada dua hal yang mungkin membuat pasien Covid-19 bisa tidak merasa sedang mengalami hipoksia. Salah satunya, Covid-19 dapat menyerang pernapasan sehingga membuat efek sesak napas tidak muncul ketika pasien tersebut mengalami hipoksia. Kedua, peradangan yang luas di paru-paru juga dapat membuat pasien yang hipoksia tidak merasa sesak napas.
"Kondisi itu tidak membuat penderitanya menjadi sesak napas, makanya disebut happy hypoxia," jelas Prof Ari.
Prof Ari mengatakan, saturasi oksigen yang normal berkisar di angka 95-100 persen. Penafsiran saturasi oksigen di angka 90-95 persen akan sangat bergantung pada kondisi tiap individu.
Sebagai contoh, perokok yang memiliki masalah paru-paru mungkin memang hanya memiliki saturasi oksigen 92-93 persen dalam kesehariannya. Akan tetapi, saturasi oksigen di bawah 95 persen pada individu yang sehat dapat menjadi petunjuk adanya masalah pada paru-paru.
"Kalau di bawah 90 (persen) itu sudah parah," ungkap Prof Ari.