Sabtu 05 Sep 2020 00:05 WIB

7.000 Tenaga Kesehatan di Dunia Gugur Selama Pandemi

Negara dengan jumlah korban tenaga kesehatan terbesar di dunia adalah Meksiko.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Organisasi hak asasi manusia Amnesty International mengungkapkan ada sekitar 7.000 tenaga kesehatan di dunia yang gugur akibat Covid-19 (Foto: ilustrasi Covid-19)
Foto: ANTARA/Prasetia Fauzani
Organisasi hak asasi manusia Amnesty International mengungkapkan ada sekitar 7.000 tenaga kesehatan di dunia yang gugur akibat Covid-19 (Foto: ilustrasi Covid-19)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi hak asasi manusia Amnesty International mengungkapkan ada sekitar 7.000 tenaga kesehatan di dunia yang gugur akibat Covid-19. Negara dengan jumlah korban tenaga kesehatan terbesar di dunia adalah Meksiko.

"Lebih dari 7.000 orang meninggal saat sedang berusaha menyelamatkan orang lain merupakan sebuah krisis dalam skala yang mengejutkan," ujar Kepala Keadilan Ekonomi dan Sosial Amnesty International Steve Cockburn, seperti dilansir Amnesty International, Jumat (4/9).

Baca Juga

Jumlah ini meningkat cukup pesat dibandingkan beberapa bulan lalu. Berdasarkan laporan Amnesty International pada 13 Juli lalu, jumlah tenaga kesehatan yang meninggal akibat Covid-19 mencapai 3.000 lebih.

Cockburn mengatakan pandemi Covid-19 telah berlangsung selama berbulan-bulan. Namun hingga saat ini jumlah tenaga kesehatan yang menjadi meninggal dunia akibat penyakit tersebut masih sangat tinggi di berbagai negara.

Menurut Cockburn, setiap tenaga kesehatan juga memiliki hak untuk tetap aman selama bekerja. Banyaknya tenaga medis di dunia yang gugur akibat Covid-19 merupakan sebuah skandal yang harus dibayar mahal oleh semua orang.

"Harus ada kerjasama global untuk memastikan semua tenaga kesehatan mendapatkan alat pelindung diri yang memadai, sehingga mereka bisa melanjutkan pekerjaan penting mereka tanpa mempertaruhkan nyawa mereka sendiri," tukas Cockburn.

Berdasarkan data terbaru, Meksiko menjadi negara dengan jumlah tenaga medis terbanyak yang meninggal akibat Covid-19, yaitu 1.320 orang. Amerika Serikat menempati posisi kedua dengan 1.077 tenaga medis dan Inggris di posisi ketiga dengan 649 tenaga medis.

Brasil menempati urutan keempat dengan jumlah tenaga kesehatan yang meninggal akibat Covid-19 mencapai 634 orang. Rusia dan India berada di urutan kelima dan keenam dengan jumlah tenaga medis yang gugur sebanyak 631 orang dan 573 orang.

Pada urutan ketujuh ada Afrika Selatan dengan jumlah tenaga medis yang gugur sebanyak 240 orang, Italia di urutan kedelapan dengan 188 tenaga medis, sedangkan Peru berada di urutan kesembilan dengan 183 tenaga medis.

Indonesia berada di urutan kesepuluh dengan jumlah tenaga medis yang gugur sebanyak 181 orang. Iran dan Mesir berada di urutan kesebelas dan dua belas dengan jumlah tenaga medis yang gugur sebanyak 164 orang dan 159 orang.

Amnesty International mendapati salah satu alasan banyaknya tenaga medis yang menjadi korban adalah ketidaktersediaan alat pelindung diri (APD) yang mencukupi. Di Brasil misalnya, asosiasi kedokteran Associação Brasileira de Saúde Coletiva (ABRASCO) telah mengeluhkan kurangnya ketersediaan APD.

Tak hanya itu, ABRASCO juga mengeluhkan kurangnya protokol yang jelas dalam manajemen infeksi. Kekurangan lain yang juga dikeluhkan adalah tak adanya dukungan kesehatan mental, minimnya perlindungan sosial untuk anggota keluarga, dan kontrak yang sulit untuk mereka yang direkrut dalam keadaan darurat. Cockburn juga meminta tiap pimpinan negara untuk mendengarkan para tenaga kesehatan yang berbicara mengenai kondisi pekerjaan mereka.

"Kami meminta semua pemerintah melakukan tindakan mendesak untuk melindungi kehidupan para tenaga kesehatan," jelas Cockburn.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement