REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Erik Purnama Putra*
Mutasi perwira tinggi (pati) Tentara Nasional Indonesia (TNI) terakhir yang diteken Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, yang melibatkan 62 pati tiga angkatan menarik untuk dicermati. Hal itu khususnya terjadi pada jabatan di lingkungan TNI AD, tepatnya satuan Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Berdasarkan Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/666/VIII/2020 tanggal 26 Agustus 2020, terjadi pergeseran dua pucuk pimpinan Kopassus sekaligus. Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus Mayjen I Nyoman Cantiasa digeser menjadi Panglima Kodam (Pangdam) XVIII/Kasuari. Adapun posisi Nyoman digantikan Brigjen Mohamad Hasan yang sebelumnya merupakan Wakil Danjen Kopassus.
Orang nomor dua di Kopassus nanti adalah Brigjen Tri Budi Utomo, yang sebelumnya menjabat Komandan Korem (Danrem) 052/Wijayakrama (Jakarta Barat) Kodam Jaya. Jika Hasan merupakan angkatan Akademi Militer (Akmil) 1993 maka Tri Budi adalah abituren 1994. Pangkat Hasan yang pernah menjadi Danrem 061/Suryakencana pun akan naik menjadi dua bintang di pundak.
Kesamaan Hasan dan Tri Budi adalah sama-sama pernah menjabat sebagai Komandan Grup A Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). Tugas Grup A Paspampres adalah mengawal Presiden Joko Widodo (Jokowi). Hasan menjadi Komandan Grup A Paspampres (2016-2018) menggantikan Kolonel Maruli Simanjuntak. Maruli kini menjadi Komandan Paspampres dengan pangkat Mayjen. Maruli menjadi alumnus Akmil 1992 pertama yang menyandang pangkat bintang dua.
Adapun Hasan digantikan Tri Budi sebagai Komandan Grup A Paspampres yang kesehariannya mengawal ke mana pun RI 1 beraktivitas pada 2018. Mulai Juni 2019, Tri Budi meninggalkan Paspampres dan posisinya digantikan Kolonel Achirudin. Tri Budi mendapat promosi menjadi Komandan Korem 052/Wijayakrama. Belum genap setahun, Tri Budi mendapatkan ‘keuntungan’ lantaran Korem Wijayakrama dinaikkan statusnya menjadi tipe A.
Berbeda dengan tipe B, Komandan Korem Wijayakrama otomatis dijabat pati bintang satu. Kenaikan status korem mengikuti Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 66 Tahun 2019 tentang Susunan Organisasi TNI dan turunnya berupa Peraturan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor 26 Tahun 2019. Sehingga Tri Budi yang tidak digeser sebagai Komandan Korem Wijayakrama otomatis mendapatkan promosi jabatan dari Kolonel menjadi Brigjen.
Alhasil, kini pucuk komando Kopassus dikuasai dua jenderal yang pernah bertugas mengawal Presiden Jokowi. Apakah promosi keduanya berkaitan dengan latar belakang jabatan yang pernah disandang kala bertugas di Istana Kepresidenan? Tentu saja masalah itu bisa dijawab iya atau tidak. Yang pasti, Hasan maupun Tri Budi kariernya lebih mulus dibandingkan Komandan Grup A terakhir yang mengawal Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) periode 2012-2014.
Dia adalah Brigjen Bambang Trisnohadi. Jarang mendapat sorotan, Bambang sebenarnya adalah perwira dengan karier moncer. Tiga hari setalah pergantian presiden dari SBY ke Jokowi, peraih Adhi Makayasa 1993 dimutasi dari Komandan Grup A Paspampres. Dari situ, perjalanan Bambang seolah disalip penggantinya, yaitu Maruli dan Hasan. Bambang dan Hasan sama-sama abituren 1993.
Maruli yang merupakan menantu Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan adalah orang yang menggantikan Bambang sebagai Komandan Grup A pada 2014. Dan, posisi Maruli diteruskan oleh Hasan. Kini keduanya sudah menduduki jabatan bintang dua. Pun dengan Tri Budi juga sudah bintang satu.
Sementara Bambang masih bintang satu. Selepas dari Paspampres, Bambang menjadi Asisten Operasi Kasdam VI/Mulawarman, terus menjabat Koordinator Sekretaris Pribadi (Koorspri) KSAD era Jenderal Mulyono. Pecah bintang diraih Bambang saat menduduki posisi Komandan Korem 121/Alambhana Wanawai (Kalimantan Barat), dan kini lulusan terbaik Sekolah Staf dan Komando AD (Seskoad) dan Sesko TNI tersebut menjabat Kepala Staf Kodam (Kasdam) XVII Cenderawasih.
Dia sepertinya harus melalui perjalanan memutar dulu, sebelum bisa meraih jabatan bintang dua. Hanya saja, melihat usia Bambang masih 48 tahun atau karier dinas militer masih 10 tahun lagi, ia tidak perlu khawatir dengan masa depannya di TNI.
Karier lebih moncer dialami Komandan Grup A Paspampres sebelum Bambang, yaitu Eko Margiyono yang kini sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad). Per 2 September 2020, Eko yang sebelumnya menjabat Panglima Kodam Jaya dan Danjen Kopassus, kini resmi menyandang pangkat Letjen alias bintang tiga. Melihat rekam jejak Eko yang lulusan Akmil 1989, jelas semua jabatan prestisius pernah dilalui, termasuk Gubernur Akmil, Kasdam Jaya, hingga Danrem Suryakencana.
Jika ditelisik, ada kesamaan keempat orang mantan Komandan Grup A Paspampres, yaitu semuanya merupakan korps Infanteri dan dari satuan Kopassus. Pun dengan Letjen Doni Monardo (2008-2010) maupun Letjen (Purn) Agus Sutomo (2004-2008), yang merupakan Komandan Grup A Paspampres sebelum Eko pada era SBY juga berasal dari jalur yang sama. Dengan kata lain, mereka yang terpilih menjadi pengawal RI 1 memang perwira pilihan, dan bakal mendapat keuntungan peluang karier moncer di kemudian.
Kembali ke Hasan dan Tri Budi, duet keduanya dalam mengendalikan Kopassus tentu menarik untuk ditunggu. Berdasarkan catatan penulis, baru kali ini Danjen dan Wadanjem diduduki eks pengawal RI 1. Tentu saja patut diperhatikan kiprah duet Hasan dan Tri Budi dalam membuat terobosan selama memimpin korps baret merah. Komando!
*Wartawan Republika dan penulis buku TNI dan Dinamika Organisasi (2020)