Selasa 08 Sep 2020 12:43 WIB

Studi: Penyintas Covid-19 Harus Dites Ulang Sebulan Kemudian

Ada kemungkinan penyintas Covid-19 masih dapat membawa virus sebulan setelah sembuh.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Tes usap (swab test) Covid-19.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Tes usap (swab test) Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA — Sebuah studi baru dilakukan pada orang-orang di Italia yang telah pulih pasca terinfeksi virus corona jenis baru (Covid-19). Hasilnya menunjukkan bahwa ada kemungkinan penyintas masih dapat membawa virus sekitar satu bulan setelah gejala penyakit muncul.

Diterbitkan di BMJ Open, penelitian ini difokuskan pada berapa lama penyebaran virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) berdasarkan data populasi. Ini penting untuk dipahami karena petugas medis dapat dibanjiri dengan tes ulang untuk memastikan pasien telah terbebas dari terinfeksi.

Baca Juga

Tim peneliti juga ingin menentukan kemungkinan konfirmasi pemberantasan virus dengan dua tes swab yang negatif dan faktor apa yang mungkin memengaruhi hasil. Mereka menilai tindak lanjut 1.162 pasien sebulan setelah diagnosis terinfeksi virus corona jenis baru dan timbulnya gejala di Provinsi Regio Emilia di utara Italia, salah satu daerah yang paling parah terdampak wabah Covid-19.

Hal itu dilakukan untuk melihat berapa banyak pasien yang masih punya viral load dan berapa banyak yang telah sepenuhnya sembuh. Dari kelompok tersebut, 172 orang meninggal, sebagian besar dirawat di rumah sakit dengan usia rata-rata hampir 80 tahun.

"Selama masa tindak lanjut, setiap pasien menjalani rata-rata tiga kali tes swab, dengan kisaran dari satu hingga sembilan, waktu rata-rata pengujian ulang setelah hasil swab positif adalah 14,7 hari setelah positif pertama, 14,0 hari setelah positif kedua, dan 9,2 hari setelah positif ketiga,” ujar para peneliti, dilansir Health 24, Selasa (8/9).

Studi menunjukkan bahwa 60,6 persen bebas dari viral load SARS-CoV-2 dalam rata-rata 30 hari sejak diagnosis dan 36 hari sejak timbulnya gejala. Tim peneliti juga menemukan bahwa satu dari lima tes adalah negatif palsu dalam kelompok mereka.

Usia pasien juga menjadi faktor. Pembersihan virus dari gejala rata-rata adalah 35 hari untuk mereka yang berusia di bawah 50 tahun dan 38 hari untuk mereka yang berusia di atas 80 tahun.

Pola yang sama juga terlihat pada tingkat keparahan penyakit. Pasien yang dirawat di rumah sakit membutuhkan waktu lebih lama untuk bersih dari virus.

"Kemungkinan pemberantasan virus yang dikonfirmasi mencapai 86,8 persen setelah 34 hari sejak timbulnya gejala dan meningkat seiring waktu, bahkan ketika disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin,” jelas tim peneliti.

Para peneliti menyimpulkan bahwa ini mungkin berarti bahwa pengujian harus ditunda sampai pasien pulih untuk memastikan efisiensi dan meningkatkan kinerja pengujian. Namun, penting untuk dicatat bahwa pemberantasan virus hanya dikonfirmasi pada saat tes swab dan bisa terjadi jauh lebih awal setelah tes sebelumnya, yang berarti semakin banyak waktu antara pengujian ini, maka semakin besar kemungkinan waktu pembersihan akan terjadi.

Swab juga dirancang untuk mendeteksi bagian terkecil dari virus corona jenis baru, yang berarti orang mungkin memiliki hasil positif, bahkan jika mereka tidak lagi dapat menularkan. Tim peneliti mencatat waktu paruh hingga tiga bulan sel epitel pernapasan dan pendeteksian materi genetik dari virus hidup atau bahkan dari fragmen virus mati dengan pengujian juga harus dipertimbangkan untuk memahami inkonsistensi dalam hasil negatif selama jangka waktu yang lama.

Namun, studi ini mencerminkan data dan praktik dunia nyata dalam hal pengujian yang tertunda karena sistem perawatan kesehatan yang sedang dalam kapasitas tinggi. Data dalam penelitian menunjukkan bahwa pengujian pada 14 hari sejak diagnosis, seperti yang direkomendasikan oleh banyak protokol pengawasan regional, akan menghasilkan sebagian besar kasus yang masih positif.

“Sehingga setidaknya setengah dari tes ini negatif, tes harus dilakukan setelah lebih dari empat pekan setelah pasien bebas dari gejala. Terlebih lagi, mengingat probabilitas tinggi persistensi virus, tes negatif tiga pekan sejak diagnosis memiliki nilai yang tinggi kemungkinan adalah negatif palsu, " jelas tim peneliti.

Mereka juga tidak percaya indikator seperti jenis kelamin, usia dan tingkat keparahan penyakit harus digunakan untuk menguji lebih awal atau lebih lambat, karena ini tidak signifikan. Implikasi lain untuk hasil mereka adalah isolasi yang direkomendasikan bagi mereka yang dites positif Covid-19.

Jika pembersihan virus hanya dicapai setelah 30 hari dan bahkan lebih lama itu mungkin berarti bahwa orang harus mengisolasi diri mereka sendiri lebih lama daripada yang ditentukan oleh kebijakan umum setelah gejala hilang. Untuk menghindari timbulnya kasus sekunder, periode isolasi disarankan harus lebih lama atau lebih dari 30 hari sejak timbulnya gejala atau setidaknya satu tes lanjutan harus dilakukan sebelum menghentikan isolasi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement