Selasa 08 Sep 2020 12:49 WIB

Ikan 500 Tahun Ditemukan di Bangkai Kapal Kerajaan Denmark

Bangkai kapal berada dalam kondisi yang sangat baik karena lingkungan Baltik.

Rep: zainur mahsir ramadhan/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Kapal tenggelam
Foto: EPA
Ilustrasi Kapal tenggelam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Para arkeolog baru-baru ini menemukan ikan sturgeon berusia lebih dari 500 tahun yang terawetkan secara alami. Penemuan ikan yang hampir punah itu, dikatakan arkeolog berasal dari dapur bangkai kapal kerajaan Denmark yang tenggelam 500 tahun lalu.

"Selama penggalian arkeologi pada 2019, tong kayu yang tenggelam di dalam bangkai kapal menunjukkan sisa-sisa ikan sturgeon yang hampir lengkap dan terawetkan dengan baik," tulis arkeolog dari Universitas Lund di Swedia dalam artikel terbaru di Journal of Archeological Science dikutip CBS News Selasa (8/9).

Baca Juga

Para peneliti, mengkategorikan penemuan itu sebagai penemuan ‘unik’. Pasalnya, penemuan ikan sturgeon itu berada dalam karakteristik khusus Baltik, laut semi tertutup dengan tingkat oksigen rendah.

"Bangkai kapal berada dalam kondisi yang sangat baik karena lingkungan Baltik yang aneh. Salinitas yang rendah di sini tidak cocok untuk cacing kapal,’’ ujar Pengawas penggalian dari Universitas Lund, Brendan Foley.

Dia menambahkan, dasar laut Baltik merupakan tanah liat halus yang ideal untuk mengawetkan bahan organik, selain dari daya larut yang memang rendah. Menurut dia, kadar oksigen yang rendah di wilayah itu juga berkontribusi pada pengawetan organik.

Mengutip sejarah dia menyebutkan bagaimana awal mula ikan itu berada di dalam kapal yang karam. Menurutnya, lebih dari 500 tahun lalu, tepatnya 1495, Raja Denmark Hans berlayar ke Swedia dengan kapal terbaiknya, Gribshunden.

Kapal jenis perang itu, kata dia, adalah alutsista paling mengesankan saat itu. Ketika berlayar untuk memulihkan persatuan tiga negara Skandinavia di bawah mahkotanya, kapal disebut berisi ikan sturgeon.

"Kami mengartikan ikan bukan sebagai hadiah, tapi sebagai tampilan prestise," kata Foley.

Dia menjelaskan, penafsiran itu juga merupakan sifat politik dari seluruh pelayarannya. Utamanya, sebagai bagian dari upaya Hans untuk mempengaruhi bangsawan Swedia secara halus, agar bergabung dengan Uni Nordik.

Aral melintang, kapal itu pun tenggelam bersama muatan dan sebagian awaknya di lepas pantai Ronneby, sebuah kota yang sekarang menjadi milik Swedia. Walaupun, Hans tidak berada di kapal saat itu.

"Hilangnya kapal itu menjadi pukulan telak bagi prestise Hans, dan juga secara material mempengaruhi kekuatan politik serta militernya," kata Foley.

Menyoal ikan sturgeon yang dibawa saat itu, para peneliti dari Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam, sturgeon, menyebut bahwa sturgeon lebih terancam punah daripada kelompok spesies lainnya. Hal itu berkaitan dengan hilangnya habitat, penangkapan ikan berlebihan dan polusi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement