REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Rencana Uni Emirat Arab (UEA) membangun kota di planet Mars pada tahun 2117 terus bergulir. Kali ini, mereka memulai penelitian terkait radiasi, salah satu penghambat proyek ambisius tersebut.
"Radiasi adalah salah satu penghalang terbesar dalam perencanaan misi luar angkasa jangka panjang, terutama proyek untuk membangun keberadaan manusia di Mars," kata Dr Dimitra Atri, ilmuwan peneliti di Center for Space Science, New York University Abu Dhabi (NYUAD).
Sebagaimana dilaporkan Khaleej Times, Selasa (8/9), tim Atri sejauh ini telah berhasil menghitung jumlah dosis radiasi yang disimpan di berbagai organ tubuh manusia dari sumber astrofisika dengan sangat tepat.
Atri mengatakan, timnya menemukan bahwa paparan radiasi kepada astronot sebanding dengan dosis yang diterima pasien kanker selama perawatan radiasi. "Dengan membandingkan kalkulasi kami dengan data terapi radiasi, kami dapat memperkirakan risiko kesehatan astronot dari radiasi latar di ruang angkasa (Galactic Cosmic Rays) dan badai matahari (Solar Proton Events)," katanya.
Penelitian itu, lanjut dia, menggunakan data dari Hope Probe, misi UEA ke Mars yang lepas landas pada Juli. Data itu digunakan pula untuk memahami bagaimana radiasi kosmik galaksi latar belakang dan radiasi dari badai matahari yang berinteraksi dengan atmosfer Mars.
Menurut Arti, temuan timnya akan membantu dalam pengembangan teknologi yang mampu mengurangi dampak radiasi. Pada gilirannya, teknologi itu akan membantu UEA mewujudkan proyek pemukimannya di Mars.
Proyek Mars 2017 diumumkan UEA pada 2017 silam. Proyek ini bertujuan untuk membangun kota pertama di Mars dalam 100 tahun. Proyek ini akan dicapai melalui berbagai aliansi ilmiah.
Proyek ini juga akan meneliti upaya pembangunan rumah, menghasilkan energi, dan makanan di Mars. Termasuk pula upaya menemukan metode transportasi yang lebih cepat untuk pergi ke dan dari Maras.