REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), E. Aminudin Aziz menjelaskan tantangan terbesar dalam menjaga Bahasa Indonesia. Ia menyebutkan, hal yang paling berat adalah ketika sikap masyarakat mempercayai bahwa bahasa asing lebih baik dari Bahasa Indonesia.
"Ketika masyarakat mempercayai bahwa bahasa asing lebih baik, lebih komunikatif, lebih mudah untuk diungkapkan," kata Aminudin, dalam Gelar Wicara Praktik Baik Pengutamaan Bahasa Negara di Kota Tua, disiarkan melalui Zoom, Rabu (9/9).
Ia melanjutkan, sikap para pengguna bahasa terkait dengan krisis identitas. Ia menjelaskan, berdasarkan berbagai penelitian, ketika penutur bahasa menganggap bahasa tersebut adalah jati dirinya, penutur tersebut akan tetap menggunakan bahasanya dalam aktivitas sehari-hari. Penutur tersebut tentunya tidak akan menggunakan bahasa yang bukan jati dirinya.
Ia membenarkan bahwa bahasa negara harus dijaga bersama-sama. Namun, di satu sisi, bukan berarti bahasa itu diproteksi. Bahasa yang diproteksi dikhawatirkan akan susah berkembang. Padahal, bahasa seharusnya mudah beradaptasi ketika digunakan oleh penuturnya. Oleh karena itu, penting untuk tetap menjaga Bahasa Indonesia tapi tetap membuatnya fleksibel.
Aminudin mengatakan, saat ini tugas Kemendikbud terkait berbahasa seperti penceramah. Kemendikbud terus mengajak masyarakat untuk berbicara dengan Bahasa Indonesia yang benar.
"Yang kita lakukan adalah mengimbau, menyampaikan ini adalah cara yang lebih bijak, lebih baik bagaimana kita menghargai warisan budaya dan hasil perjuangan para pejuang negeri ini," kata dia lagi.