REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjaga tubuh tetap bugar dengan berolahraga sangat penting di tengah pandemi Covid-19. Dokter spesialis kedokteran olahraga, Michael Triangto, mengulas cara agar masyarakat tetap aman dan nyaman berolahraga di masa adaptasi kebiasaan baru.
Michael menyampaikan materinya pada sesi diskusi bertajuk "Olahraga dan Adaptasi Kebiasaan Baru" yang digelar Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga. Acara disiarkan di Live Instagram @pdsko, Rabu (9/9), dipandu oleh moderator Alvin Wiharja.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga sudah merilis panduan olahraga untuk masyarakat di masa new normal. Salah satu poin utamanya adalah pilihan antara olahraga dalam ruang atau olahraga luar ruang.
Menurut panduan yang juga disampaikan Michael, masyarakat sebisa mungkin dianjurkan tetap beraktivitas fisik di rumah. Bisa dengan bersepeda statis, atau latihan fisik lain dengan intensitas ringan sampai sedang.
"Namun, bilamana ingin keluar karena merasa jenuh sudah sekian bulan di rumah saja, boleh asalkan dengan memilih daerah zona hijau, artinya yang tingkat infeksinya rendah, dan tetap menggunakan masker," ungkap Michael.
Masker aman digunakan untuk olahraga intensitas ringan sampai sedang, yang ditandai dengan masih bisa berbicara dan bernyanyi tanpa terengah-engah. Apabila melakukan olahraga dengan intensitas berat, barulah masker tidak perlu dikenakan.
Syaratnya, olahraga tanpa masker harus dilakukan di tempat yang aman dan bebas kerumunan, dengan memastikan kondisi sehat dan fit sebelum berolahraga. Protokol kesehatan lain yakni menjaga jarak fisik dari orang lain, minimal dua meter.
Sama sekali tidak disarankan menyentuh wajah saat berolahraga, apalagi jika tidak yakin dengan kebersihan tangan. Selalu bawa hand sanitizer dan berbagai perlengkapan sendiri supaya tidak saling pinjam. Setelah kembali ke rumah, wajib untuk segera mandi dan berganti pakaian.
Setiap orang juga diminta memilih olahraga dengan risiko rendah dan sedang. Misalnya, bermain bulutangkis yang tidak perlu ada kontak dekat dengan lawan main, juga berlari dan bersepeda sendirian atau kurang dari lima orang dengan menjaga jarak aman.
Sementara, contoh olahraga berisiko tinggi seperti bergabung dengan grup sepeda lebih dari lima orang yang bukan anggota keluarga tanpa menjaga jarak fisik, atau berenang di kolam renang umum.
"Paling penting bagaimana bertanggung jawab atas diri sendiri, karena saat ini kita menghadapi musuh yang tidak terpantau pancaindra. Semua hanya bergantung pada kesadaran masing-masing," tutur Michael.