Kamis 10 Sep 2020 08:21 WIB

Angka Gigi Retak Meningkat Saat Pandemi, Apa Penyebabnya?

Seorang dokter gigi di New York setiap harinya mendapati pasien dengan gigi retak.

Rep: Febryan A/ Red: Reiny Dwinanda
Dokter memakai alat pelindung diri (APD) level III (tiga) saat memeriksa kesehatan gigi pasien di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Soelastri, Solo, Jawa Tengah, Kamis (11/6/2020). Kasus gigi retak kabarnya meningkat selama pandemi Covid-19.
Foto: ANTARA/Maulana Surya
Dokter memakai alat pelindung diri (APD) level III (tiga) saat memeriksa kesehatan gigi pasien di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Soelastri, Solo, Jawa Tengah, Kamis (11/6/2020). Kasus gigi retak kabarnya meningkat selama pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Seorang dokter gigi di New York, Amerika Serikat (AS), melaporkan bahwa terjadi peningkatan angka pasien dengan gigi retak selama pandemi Covid-19. Penyebabnya diduga karena stres dan pola kerja dari rumah.

Laporan itu berasal dari Tammy Chen, seorang prostodonsia sekaligus pemilik Central Park Dental Aesthetics di Midtown Manhattan, New York. Chen menyampaikan hal ini kepada New York Times pada Selasa (8/9).

Baca Juga

"Saya telah melihat lebih banyak patah gigi dalam enam pekan terakhir dibandingkan enam tahun sebelumnya," kata Chen kepada New York Times sebagaimana diberitakan Fox News. Sejak kliniknya kembali dibuka pada Juni lalu, terdapat satu pasien patah tulang gigi setiap harinya.

Chen mengatakan, penyebab fenomena ini adalah stres akibat pandemi atau korona fobia. Stres itu lalu menimbulkan kecemasan dan memengaruhi kesehatan mental. Pada gilirannya, stres turut membuat seseorang kerap mengatupkan dan menggertakkan giginya.

Faktor lainnya, menurut Chen, adalah peralihan ke sistem bekerja dari rumah alias work from home (WFH). Pola kerja WFH biasanya meningkatkan kebiasaan yang menyebabkan postur tubuh yang buruk.

Posisi duduk saat bekerja, contohnya, bisa menyebabkan gigi bergemeretak di malam hari. "Kebenaran sederhananya adalah bahwa saraf di leher dan otot bahu Anda mengarah ke sendi temporomandibular (TMJ) yang menghubungkan tulang rahang ke tengkorak," kata Chen.

Faktor penyebab terakhir, menurut Chen, adalah masalah tidur. Sejak awal pandemi, ia banyak mendengar keluhan pasiennya terkait insomnia tiba-tiba. Hal itu adalah ciri khas dari sistem saraf simpatis yang terlalu aktif dan pada gilirannya mengarahkan ketegangan ke gigi

Untuk mencegahnya, Chen menyarankan agar masyarakat memperbaiki pola duduknya saat bekerja. Selain itu, ia juga menganjurkan untuk selalu melakukan pengecekan dan perawatan gigi.

"Kami ingin mencegah stres tambahan dari penggeretakan gigi yang dapat menyebabkan retakan mikroskopis ini menyebar menjadi retakan yang lebih besar dan pada akhirnya sampai pada bencana kegagalan yang membuat gigi memerlukan perawatan saluran akar, mahkota, atau perawatan gigi besar lainnya,” katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement