Kamis 10 Sep 2020 23:12 WIB

Mengapa tak Konsisten Terapkan Protokol Kesehatan?

Banyak orang tak terapkan protokol kesehatan.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Muhammad Hafil
Mengapa tak Konsisten Terapkan Protokol Kesehatan?. Foto: Orang tua memakaikan anaknya masker (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Mengapa tak Konsisten Terapkan Protokol Kesehatan?. Foto: Orang tua memakaikan anaknya masker (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski menerapkan protokol kesehatan bisa mengurangi risiko terpapar virus corona SARS-CoV2 (Covid-19), banyak masyarakat Indonesia yang belum melakukannya dengan disiplin. Seringkali masyarakat tak terbiasa terus melakukannya secara konsisten, contohnya memakai masker wajah karena tak bisa bebas berbicara atau tersenyum.

Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Sonny Harry B Harmadi mengatakan, aktivitas masyarakat bisa berjalan bersamaan dengan pencegahan penularan dengan mengubah perilaku yaitu menerapkan protokol kesehatan, termasuk memakai masker wajah.

Baca Juga

"Sayangnya tidak semua orang bisa memakai masker secara konsisten. Seringkali saat diam, masyarakat pakai masker, kemudian pada saat berbicara malah dibuka," ujarnya saat mengisi konferensi virtual BNPB bertema Perubahan Perilaku, Ujung Tombak Melawan Covid-19, Kamis (10/9).

Ia mengakui kebiasaan memakai masker sulit dilakukan saat berbicara karena orang terbiasa ramah, menyapa, tersenyum ketika bertemu orang, sedangkan kalau menggunakan masker tidak bisa melihat ekspresi wajah. Padahal, dia melanjutkan, masker mencegah keluarnya droplet dari orang yang memakainya.

Sebab, droplet tidak akan keluar pada saat diam melainkan ketika berbicara.  Karena itu, ia mendorong masyarakat memakai masker karena kesadaran sendiri dan menanamkan sugesti memakai masker menyenangkan. Protokol kesehatan lainnya yang juga tak kalah penting dilakukan adalah menjaga jarak dan menghindari kerumunan.

Ia mengakui menjaga jarak sulit terus-menerus dilakukan karena manusia adalah makhluk sosial yang terbiasa berkumpul, bertemu, menyapa, dan tidak menjaga jarak menunjukkan kedekatan seseorang dengan orang lain. Apalagi, dia melanjutkan, seringkali masyarakat tidak memungkinkan menjaga jarak karena rumah yang ditinggali berukuran kecil atau rumah tetangga yang sangat dekat.

"Kita juga tampak tidak ramah ketika menjaga jarak, makanya menjaga jarak adalah hal yang paling sulit dilakukan. Padahal ini menjadi perilaku yang menyelamatkan kita semua," katanya.

Karena itu meski tak bisa menjaga jarak, ia meminta masyarakat setidaknya memakai masker ketika berkumpul. Protokol kesehatan lainnya yang juga tak kalah penting, dia melanjutkan, adalah mencuci tangan memakai sabun sesering mungkin.

Ia meminta masyarakat mengubah pola pikir dan menerapkannya. Ia menegaskan, tiga cara ini efektif untuk menekan penularan Covid-19. Karena itu, ia meminta masyarakat mengubah perilaku ini. "Kalau kita tetap melakukan perilaku yang sama (seperti sebelum pandemi Covid-19) memang aktivitas tetap berjalan, tetapi penularan juga akan terus terjadi," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement