REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan pemasok perangkat telekomunikasi dan jaringan komunikasi terbesar asal China Huawei, Kamis, memperkenalkan sistem operasi terbaru HarmonyOS di Kota Dongguan, Provinsi Guangdong. Sistem operasi tersebut akan menjadi alternatif selain Android yang dikembangkan oleh Google.
"HarmonyOS akan digunakan pada telepon pintar tahun depan," kata CEO Bisnis Huawei Richard Yu dikutip media resmi setempat.
Sistem operasi yang dikembangkan secara mandiri oleh Huawei itu dijadwalkan dirilis untuk telepon seluler pada Desember 2020. Perkembangan sistem operasi tersebut merupakan respons langsung Huawei atas larangan Presiden Amerika Serikat Donald Trump kepada perusahaan di negaranya untuk menghentikan pasokan chipset ke Huawei paling lambat Selasa (15/9) mendatang.
"Huawei juga berkomitmen untuk membantu perusahaan dan pengembang China, seperti TikTok, untuk ekspansi ke luar negeri," kata Yu.
Meskipun dilarang oleh AS, Huawei mampu menjual 105 juta unit telepon pintar dengan total pendapatan hingga 255,8 miliar yuan atau sekitar Rp 559,6 triliun selama semester I/2020. Sejak larangan itu pula, Huawei secara aktif mengembangkan aplikasi dan peranti keras.
Saat ini sudah ada 1,8 juta pengembang dan 490 juta pengguna aktif ekosistem yang dikembangkan Huawei. Dengan demikian Huawei berada di peringkat ketiga pengembang ekosistem terbesar setelah iOS milik Apple dan Android.