REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Subroto, Jurnalist Republika
Aku tak terlalu suka dengan olahraga. Kurang suka menjalaninya, tak suka menonton pertandingan, juga tak suka mengikuti berita perkembangannya.
Nonton sepakbola saja paling-paling kalau ada event Piala Dunia. Itu pun jika Prancis bertanding. Hanya karena senang dengan warna kostumnya. Biru.
Karena itu saat ditempatkan di desk olahraga, kesalnya bukan main. Bagiku liputan itu sama sekali tak menarik. Tak seharusnya aku ditempatkan di olahraga, setelah setahun di desk ekonomi. Teman-teman sesama reporter tertawa. Mereka semua tahu aku tak suka dengan olahraga.
“Sukurin,” ledek mereka.
Tapi wartawan di lapangan tak bisa menolak penugasan. Ibarat prajurit, disuruh berangkat ke medan perang ya berangkat. Mau protes seperti apa nggak bakalan mengubah keputusan.
Belakangan saat menjadi redaktur, aku jadi tahu mereka memang sengaja menempatkan reporter ke bidang yang sama sekali tak disukainya. Yang tak mengerti ekonomi digojlok di desk ekonomi, yang tak suka dunia hiburan diceburkan ke desk hiburan. Semua agar wartawan bisa meliput berbagai bidang, yang dia sukai atau tidak.
Di olahraga aku kebagian liputan tenis, bulu tangkis, tenis meja, atletik, dan KONI Pusat. Dalam waktu singkat harus belajar banyak tentang pos liputan yang baru itu. Tak hanya liputan di lapangan tapi juga menerjemahkan dari kantor berita asing.
Menjalani sesuatu yang tak disukai itu sungguh berat. Rasanya malas tiap kali mau berangkat liputan. Di awal-awal liputan desk olahraga, aku sudah hampir menyerah.
Tapi lama-lama kupikir, buat apa ya kesal ya? Mending dinikmati saja. Bagaimanapun caranya.
Kucoba membandingkan enaknya liputan olahraga dengan desk lain. Liputan tak terlalu berat. Tiap hari tak pontang-panting ke sana-ke sini seperti saat di desk metropolitan atau ekonomi.
Masalahnya pun lebih fokus, pertandingan, menang, kalah, atau seri. Lainnya adalah persiapan-persiapan pertandingan, konflik pengurus olahraga, komentar-komentar pemain, pelatih, dan pengamat.
Tak seluruhnya isu olahraga ternyata. Saat di olahraga, kami menyorot keras rencana KONI Pusat yang hendak menghidupkan kembali dana sosial berhadiah semacam SDSB di masa lalu.
Praktik ini berbau judi. Republika paling kencang mengkritiknya. Belakangan, karena tekanan penolakan yang kuat, KONI Pusat membatalkan rencana itu.
Keuntungan lainnya di desk olaharaga, bisa nonton pertandingan gratis. Berangkat liputan tak perlu pagi-pagi. Jika tak ada pertandingan, berangkat dari rumah habis zhuhur. Pakaian? Bebaslah.
Usai liputan, sore-sore sering nongkrong-nongkrong, makan somay atau batagor, dengan sesama wartawan di seputar Stadion Senayan. Kalau beruntung, kesempatan wartawan olahraga untuk liputan ke di luar negeri lebih besar dibandingkan desk lain. Sedaplah pokoknya.
Dari yang tadinya tidak suka, aku jadi senang menjadi wartawan olahraga. Dari yang tadinya tak bisa menulis olahraga, aku bisa menjadi juara ke-2 Lomba Penulisan Olahraga yang digelar KONI Pusat.
Tak sampai setahun di desk olahraga, aku diberangkatkan meliput Sea Games XX tahun 1999 di Brunei Darussalam. Ini perjalanan keluar negeri pertamaku. Dibanding reporter baru lain, aku termasuk yang pertama berangkat ke luar negeri. Yang meledek aku ditempatkan di olahraga dulu gigit jari.
Tak ada gunanya menghindar dari liputan yang tak disukai. Kunci menjalani liputan itu adalah dengan berusaha menyenanginya. Cepatlah berdaptasi dengan lingkungan yang baru, berusaha menjalaninya dengan gembira, walaupun tak suka-suka amat. Begitulah.
Tips meliput di tempat yang baru
- Pelajari hal-hal yang terkait dengan bidang liputan
- Ikuti isu terkini di desk yang baru
- Minta nomor kontak semua narasumber dari wartawan yang sebelumnya ngepos
- Diskusikan dengan wartawan yang sebelumnya di desk baru itu soal kondisi wilayah liputan, kesulitan yang dihadapi, dan isu-isu yang sedang diangkat
- Bangun jaringan dengan wartawan media lain di pos tersebut
- Buat daftar kontak narasumber yang berkaitan dengan tempat liputan baru
- Buat perencanaan isu yang akan diangkat
- Tambah wawasan dengan sering membaca buku, banyak berdiskusi atau mengikuti seminar
- Cepat beradaptasi dengan situasi yang baru
- Jangan menyerah dengan kesulitan yang dihadapi.