REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Subroto, Jurnalis Republika
Narasumber banyak macamnya. Ada yang pintar, sok pintar, atau memang tidak pintar. Ada yang sombong, ada yang sombong sekali. Ada yang baik, ada yang biasa-biasa saja.
Wartawan harus membangun hubungan yang baik dengan narasumber yang bermacam-macam itu. Aku termasuk orang yang agak kaku dengan narasumber.
Doktrin yang kupegang, hubungan narasumber dengan wartawan itu hanya sebatas mencari berita saja. Jangan terlalu jauh.
Saat ditempatkan di desk ekonomi, area liputanku meliputi juga Kementerian Negara Pariwisata dan Seni Budaya. Saat itu menterinya adalah, sebut saja Mr M. Dia adalah seorang akademisi, ahli ekonomi.
Di kalangan wartawan, Mr M ini dikenal sebagai narasumber yang angkuh. Jika merasa tak senang, dia paling suka memojokkan wartawan. Dia punya dua pertanyaan yang merendahkan wartawan. Pertama, Anda lulusan mana? Kedua, IP (indeks prestasi) Anda berapa? Dia pikir profesi wartawan itu hanya buat mahasiswa yang IP-nya "jongkok" saja.
Tak hanya wartawan yang tak suka dengan Mr M. Banyak pelaku industri pariwisata, bahkan pegawai Kementerian Pariwisata yang tak suka dengan gayanya yang angkuh dan sering merendahkan orang lain.
Ketidaksukaan wartawan dengan Mr M bahkan pernah diekspresikan secara terbuka. Suatu hari ada seminar yang dihadiri oleh Mr M di Gedung Sapta Pesona. Sebelumnya para wartawan yang ngepos di kementerian itu sudah bersepakat untuk mengerjainya.
Seperti biasa seusai acara seminar wartawan melakukan doorstop terhadap narasumber. Semua sudah siap. Kameramen, fotografer, dan wartawan berkumpul seolah-olah menunggu sang menteri.
Mr M yang tidak tahu akan dikerjai berjalan ke arah kerumuman wartawan, siap untuk diwawancarai. Begitu sudah dekat, seperti dikomando, semua wartawan bubar mengejar narasumber lain. Tinggal Mr M sendiri. Terbengong-bengong. Mukanya terlihat memerah.
Aku tidak kenal secara pribadi dengan Mr M ini. Pihak humas kementerian berkali-kali memohon agar Republika mewawancarai khusus sang menteri. Karena merasa tak enak, akhirnya kusampaikan permintaan itu ke kantor.