Selasa 15 Sep 2020 21:08 WIB

Penguatan Karakter Ditanamkan untuk Cegah Kekerasan ke Siswa

Penguatan karakter untuk menciptakan siswa SMP yang berkepribadian baik.

Ilustrasi Bullying. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menanamkan penguatan karakter untuk mencegah kekerasan pada siswa di satuan pendidikan.
Foto: MGIT3
Ilustrasi Bullying. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menanamkan penguatan karakter untuk mencegah kekerasan pada siswa di satuan pendidikan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menanamkan penguatan karakter untuk mencegah kekerasan pada siswa di satuan pendidikan. Kegiatan ini bisa menjadi titik awal peningkatan karakter untuk menciptakan siswa SMP yang berkarakter, berakhlakul karimah, dan berkepribadian baik.

"Karena individu yang baik hanya bisa diperoleh dari lingkungan yang baik," kata Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, (Dirjen PAUDDASMEN) Kemendikbud, Jumeri, dalam keterangan di Jakarta, Selasa (15/9).

Baca Juga

Ia menyampaikan ada tiga aspek yang membentuk karakter seseorang. Pertama, keluarga atau rumah yang memberi pengaruh sangat besar yaitu 60 persen. 

Kedua, satuan pendidikan yang memberi pengaruh sebesar 25 hingga persen. Ketiga, masyarakat yang memberi pengaruh sebesar 10 hingga 15 persen.

Tripusat pendidikan tersebut, kata dia, memengaruhi pembinaan karakter peserta didik sehingga harus mendapat perhatian. Ia menekankan perlunya kolaborasi semua warga pendidikan untuk menciptakan lingkungan yang baik tersebut.

"Masing-masing aspek mempengaruhi satu sama lainnya. Pada aspek pertama dan kedua kita masih bisa kendalikan, tapi kalau pada jenjang masyarakat akan sulit," katanya.

Untuk mencegah dan mengatasi tindak kekerasan di sekolah, ia menyarankan agar kekerasan tidak boleh dilawan dengan kekerasan. Ia mendorong semua pihak menggalakkan berbagai kegiatan edukatif seperti menyiapkan program sekolah yang ramah anak, menyenangkan, dan model pembelajaran yang mengarah pada pembinaan karakter peserta didik, meningkatkan fasilitas sekolah yang dapat memonitor seluruh sudut sekolah dengan baik.

"Sudut sekolah yang tidak terlihat seperti kamar mandi, rawan menjadi tempat tindak kekerasan," katanya.

Kemudian, menggiatkan program yang mampu meningkatkan pemahaman tentang persaudaraan, hati nurani, toleransi, ketulusan, dan kejujuran seperti ekstrakurikuler, dan kegiatan lain yang positif.

Selanjutnya, melibatkan orang tua dalam memecahkan problematika pembelajaran.

"Jangan sampai ada pandangan kalau orang tua diundang ke sekolah hanya karena masalah uang atau karena putra-putrinya ada kasus di sekolah," katanya.

Dia menyebutkan adanya interaksi antara orang tua dengan sekolah, memungkinkan kedua belah pihak mengenal dan memahami karakter dan potensi anak sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai khususnya di tengah pembelajaran jarak jauh (PJJ) seperti sekarang. "Adakan pertemuan bulanan berupa kelas parenting secara berkala. Di forum itu guru dan orang tua saling bertukar informasi tentang kegiatan sekolah, kendala belajar hingga kondisi peserta didik di rumah," kata Jumeri.

Direktur SMP Kemendikbud, Mulyatsyah mengatakan, nilai-nilai budi pekerti luhur harus menjadi pondasi yang ditanamkan sejak dini pada tahap awal pembentukan karakter. "Jika urusan belajar terganggu karena ada tindak kekerasan maka proses pembentukan karakter juga terganggu. Tindak kekerasan harus diantispasi agar lingkungan sekolah kita terkendali, terkontrol dan aman bagi peserta didik. Itu penting," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement