Jumat 18 Sep 2020 19:55 WIB

Ahli Gizi: Jangan Sampai Obesitas Selagi di Rumah Saja

Obesitas merupakan wabah yang sudah menjangkiti masyarakat sebelum ada pandemi.

Perempuan obesitas (ilustrasi). Jika dilihat dari trennya, lima tahun ke depan angka kejadian obesitas di Indonesia diprediksi akan meningkat.
Foto: Mayo Clinic News Network
Perempuan obesitas (ilustrasi). Jika dilihat dari trennya, lima tahun ke depan angka kejadian obesitas di Indonesia diprediksi akan meningkat.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Dosen Politeknik Kesehatan Denpasar, Jurusan Gizi Ni Made Yuni Gumala mengajak masyarakat untuk mewaspadai potensi munculnya obesitas di masa pandemi Covid-19. Obesitas merupakan salah satu penyakit yang berpotensi muncul karena anjuran di rumah saja selama pademi Covid-19.

Menurut Yuni, sebenarnya obesitas sudah menjadi wabah dan sudah banyak sekali orang di dunia terkena obesitas. Ia menjelaskan, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018), persentase orang-orang yang mengalami kelebihan berat badan lebih 13,6 persen dari jumlah penduduk. Sementara itu, untuk persentase orang-orang yang mengalami obesitas mencapai 28,1 persen dari jumlah penduduk.

Baca Juga

"Artinya, bila dijumlahkan ada sekitar 30 persen lebih penduduk Indonesia mengalami berat badan lebih, jika dilihat berdasarkan data tersebut," jelasnya saat dihubungi di Denpasar, Jumat.

Yuni mengatakan, jika dilihat dari trennya, semakin banyak orang Indonesia yang memiliki risiko berat badan berlebihan. Ia mencermati, lima tahun ke depan kemungkinan angka kejadian obesitas akan meningkat.

Sementara itu, penelitian terbaru dari University of North Carolina di Chapel Hill Amerika Serikat menemukan bahwa obesitas meningkatkan risiko kematian akibat Covid-19 hingga 48 persen. Yuni mengatakan, obesitas juga dikhawatirkan berdampak pada efikasi vaksin Covid-19 hingga menjadi tidak optimal.

"Semua golongan bisa terkena obesitas, baik dari keturunan dan gaya hidup," tuturnya.

Menurut Yuni, sekarang orang cenderung menjadi obesitas akibat gaya hidup. Banyak orang memilih makanan cepat saji dengan nilai gizi yang kurang.

"Jadi harus kembali lagi ke gizi seimbang. Kalau lebih banyak konsumsi karbohidrat, lemak akan bersembunyi. Banyak sekali makanan kekinian yang gulanya tinggi, itu apalagi yang ada susunya dan ada lemaknya, bisa jadi dominan gula itu yang menumpuk," jelasnya.

Yuni menjelaskan bahwa pemilihan jenis makanan siap saji atau makanan dan minuman kekinian cenderung tinggi lemak, karbohidrat, dan gula. Selain itu, pengaturan pola makan sangat diperlukan mulai dengan mengurangi jumlah lemak dan gula serta meningkatkan konsumsi sayur, buah, dan olahraga. Lalu, diet wajib mengacu pada gizi seimbang dan mengurangi porsi dari jumlah lemaknya.

"Aktivitas  ditingkatkan, karena risikonya kalau obesitas lama terakumulasi, orang mudah terkena penyakit degeneratif, termasuk diabetes melitus atau kencing manis," jelas Yuni.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement