Senin 21 Sep 2020 11:23 WIB

Studi: Parasetamol Bisa Memicu Perilaku Berisiko

Saat mengonsumsi parasetamol, orang cenderung kurang berhati-hati.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Parasetamol alias asetaminofen. Mereka yang mengonsumsi parasetamol disebut cenderung tidak merasa takut.
Foto: The Telegraph
Parasetamol alias asetaminofen. Mereka yang mengonsumsi parasetamol disebut cenderung tidak merasa takut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Acetaminophen (asetaminofen) atau parasetamol umum diminum masyarakat seluruh dunia sebagai obat penurun demam dan pereda nyeri. Namun, sebuah studi baru menemukan bahwa obat itu bisa menyebabkan seseorang melakukan perilaku berisiko.

Para peneliti melakukan serangkaian percobaan terhadap lebih dari 500 peserta untuk melihat bagaimana dosis 1.000 mg acetaminophen bisa memengaruhi seseorang melakukan perilaku yang berisiko dibandingkan plasebo. Dalam percobaan itu, semua peserta diminta meniup balon imajiner di layar komputer untuk kemudian mendapatkan skor.

Baca Juga

Para peserta diberi instruksi untuk mendapat skor sebanyak mungkin tanpa meletuskan balon. Hasil studi yang diterbitkan dalam jurnal Social Cognitive and Affective Neuroscience itu menunjukkan bahwa mereka yang mengonsumsi 1.000 mg asetaminofen dibandingkan dengan plasebo menjadi kurang berhati-hati dalam tindakan mereka, yang mengakibatkan balon imajiner meledak.

Peserta juga harus mengisi survei untuk dilihat tingkat pengambilan risiko ketika menghadapi beberapa skenario, seperti melakukan bungee jumping hingga mengendarai mobil tanpa sabuk pengaman. Lagi-lagi, mereka yang menggunakan asetaminofen memberi jawaban yang menunjukkan bahwa mereka tidak takut mengambil tindakan berisiko.

"Asetaminofen tampaknya menekan emosi negatif ketika peserta mempertimbangkan aktivitas berisiko, kata ahli saraf Baldwin Way dari The Ohio State University.

Way menyebut, mereka yang mengonsumsi asetaminofen cenderung tidak merasa takut. "Mungkin seseorang dengan gejala Covid-19 ringan, tidak akan berpikir bahwa meninggalkan rumah dan bertemu dengan orang-orang itu berbahaya jika mereka mengonsumsi acetaminophen," kata Way.

Namun demikian, menurut tim peneliti, penelitian lanjutan mengenai mekanisme psikologis di balik temuan ini harus dilakukan di masa yang akan datang. Itu penting guna membedah lebih dalam efek dari asetaminofen atau paracetamol terhadap prilaku.

"Kami benar-benar membutuhkan lebih banyak penelitian tentang efek asetaminofen dan obat bebas lainnya pada pilihan dan risiko yang diambil,” kata Way seperti dikutip dari laman Health 24, Ahad (20/9).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement