REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sebuah artikel lawas dari CNN Travel kembali menyita perhatian warganet akhir pekan lalu. Ulasan tentang 17 cake terenak di dunia itu mencantumkan chiffon (sifon) pandan sebagai kue asal Singapura/Malaysia.
Terhadap pemberitaan pada 2017 itu, media Straits Times sempat mengadakan survei pembaca. Menanggapi rilis CNN yang menyebut pandan cake atau sifon pandan adalah kue nasional Singapura, hanya warganet 8,41 persen yang setuju, sedangkan 91,16 persen tidak setuju.
Pakar kuliner William Wongso menyebut hasil survei tersebut bisa menunjukkan hal sebaliknya dari rilis CNN. Ia pun menyesalkan Indonesia yang kurang mempromosikan kulinernya.
"Mereka (Singapura) hanya bilang, hanya eksposure ke media. Kita itu sering terlambat masalah kuliner, kalau terjadi gini, baru kebakaran jenggot,” kata William kepada Republika.co.id, Ahad (20/9).
William mengatakan, sudah sejak kecil ia makan kue atau sifon pandan. Dalam budaya orang Indonesia, kue seperti sifon pandan bisa dinikmati kapan saja. Dahulu, kue seperti itu disajikan nenek atau kakek untuk cucu-cucunya saat sore, setelah mereka bangun tidur siang.
William menjelaskan kue atau sifon pandan bisa memiliki warna eksotik hijau berasal dari esen pandan atau ekstrak daun pandan. Sementara resep kue atau sifonnya itu standar dan berasal dari Barat. Namun, resep kue di Barat itu hanya mengenal rasa vanila dan cokelat, tidak ada rasa pandan seperti di Indonesia.
Terkait klaim yang menyebut kue pandan sebagai makanan nasional Singapura, William mengatakan bahwa makanan asal Singapura tidak banyak seperti Indonesia. Karena itu, jika ada yang menonjol, maka akan langsung terekspos. Sementara di Indonesia, semua makanan dianggap umum. Varian kue khas daerah yang unik itu banyak yang tidak terekspos.
“Mungkin (kue pandan) sudah lama bercokol di sana, karena orang Singapura suka dan sifon pandan populer di sana," ujar William.
Jika ingin membatah klaim itu, menurut William, tentunya Indonesia harus bisa menunjukkan bukti-bukti yang jelas. Sebab, sering kali makanan asli Indonesia populer di tempat lain daripada asalnya.
"Kita selalu ketinggalan di sini. Kita itu terlalu luas dan besar (daerahnya),” kata dia.
William juga menyoroti ketiadaan sistem pendokumentasian kuliner Indonesia. Ia pun selalu mengusulkan pembentukan badan Pusat Kuliner. Badan itu bisa menjadi tempat orang-orang belajar seluruh kulinet asal Indonesia, seperti di Korea Selatan dan Jepang.
"Orang mau belajar bisa di situ, tentang informasi, datang dari daerah mana,” ujar dia.