REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat otomotif Yannes Martinus Pasaribu memprediksi bahwa penjualan kendaraan baru dan bekas hingga akhir tahun ini akan cenderung stagnan. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor. Salah satunya adalah adaptasi masyarakat terhadap kebijakan yang pada akhirnya akan ikut andil ke masalah daya beli mereka.
"Proyeksi penjualan kendaraan baru dan juga kendaraan bekas sampai akhir tahun 2020 cenderung tetap stagnan," kata akademisi dari Institut Teknologi Bandung ini, Ahad (20/9).
Masyarakat membutuhkan waktu cukup lama untuk bisa membangun daya belinya kembali seperti sediakala. Ia pun memberikan gambaran, saat kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tahap satu diberlakukan pada pertengahan April 2020, semua sektor termasuk otomotif terdampak turun di bulan Juni.
Lalu, di awal September 2020 sudah mulai lagi ada kebijakan baru PSBB tahap dua, walaupun terjadi hanya di sebagian wilayah saja.
"Jika model kebijakan, strategi komunikasi, dan cara persuasinya tetap sama, bukan tidak mungkin kita akan mengulangi hal yang sama dalam skala yang semakin berat. Semoga itu tidak terjadi," kata dia.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita optimistis laju industri otomotif bakal melesat pada semester II tahun ini, kendati sektor tersebut terdampak pandemi COVID-19. Menperin menyebutkan berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil dalam tiga bulan terakhir menunjukkan tren meningkat, setelah sempat terpukul akibat pandemi COVID-19.
"Penjualan mobil secara ritel atau dari dealer ke konsumen pada Agustus sebanyak 37 ribuan unit. Jumlah itu naik dibandingkan Juli sebesar 35.799 unit," ucap dia.
Sementara itu, penjualan wholesales atau distribusi dari agen pemegang merek (APM) ke diler pada Agustus 2020 tercatat 37.277 unit. Angka tersebut naik 47 persen dibandingkan penjualan Juli 2020 yang mencapai 25.283 unit.