Selasa 22 Sep 2020 20:23 WIB

CDC AS: Satu Penumpang Pesawat Tularkan Covid-19 ke 15 Orang

CDC AS menyebut risiko penularan Covid-19 dalam penerbangan panjang adalah nyata.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Pramugari dan penumpang pesawat memakai alat pelindung wajah dan masker. CDC AS menemukan bahwa hampir 11 ribu orang telah terpapar Covid-19 dalam penerbangan sejak Maret 2020.
Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Pramugari dan penumpang pesawat memakai alat pelindung wajah dan masker. CDC AS menemukan bahwa hampir 11 ribu orang telah terpapar Covid-19 dalam penerbangan sejak Maret 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, ATLANTA -- Seorang penumpang dalam penerbangan London, Inggris ke Hanoi, Vietnam telah menyebarkan Covid-19 kepada 15 penumpang lainnya. Fakta yang diungkap dalam penelitian Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat itu memperkuat bukti bahwa risiko penularan Covid-19 di pesawat adalah nyata.

Para peneliti mengidentifikasi seorang perempuan berusia 27 tahun dari Vietnam yang mengalami sakit tenggorokan dan batuk sebelum penerbangan sebagai sumber wabah tersebut. Sebanyak 12 penumpang di kelas bisnis dan dua di ekonomi serta seorang anggota awak kabin terinfeksi virus penyebab Covid-19, SARS-CoV-2, pada penerbangan 1 Maret itu.

Baca Juga

Setelah tiba di London, gejala yang dirasakan penumpang itu berkembang lebih jauh. Perempuan tersebut dinyatakan positif Covid-19 empat hari kemudian.

photo
Pekerja Garuda Maintenance Facility (GMF) dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap melakukan penyemprotan cairan disinfektan pada seluruh bagian kabin pesawat Garuda Indonesia di Hanggar GMF AeroAsia Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (13/8/2020). Hal tersebut dilakukan sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19. - (Antara/Muhammad Iqbal)

Pada 10 Maret, pelacakan kontak dilakukan kepada 217 penumpang di dalam penerbangan Vietnam Airlines. Peneliti mengatakan, sebelum melakukan penerbangan, perempuan itu telah melakukan perjalanan ke-15 provinsi di Vietnam. Namun, tidak ada bukti kuat yang mendukung potensi pajanan Covid-19 kepada orang lain di luar pesawat.

"Risiko penularan SARS-CoV-2 di dalam pesawat selama penerbangan panjang adalah nyata dan berpotensi menyebabkan klaster Covid-19. Temuan kami menyerukan skrining yang diperketat dan tindakan pencegahan infeksi oleh otoritas kesehatan masyarakat, regulator, dan industri penerbangan," kata peneliti seperti dikutip dari NBC News, Selasa (22/9).

Pejabat kesehatan mengatakan bahwa pada saat kedatangan penerbangan VN54 kala itu, penumpang dan awak tidak diharuskan memakai masker di pesawat atau di bandara. Semua penumpang dari daerah yang terinfeksi Covid-19, termasuk Inggris, di-skrining dengan pencitraan suhu badan pada saat kedatangan, tetapi penelitian tidak mengatakan apakah perempuan tersebut diketahui bergejala.

The Washington Post melaporkan, sejak Maret, CDC telah menemukan bahwa hampir 11 ribu orang telah terpapar virus corona dalam penerbangan. Dalam pedoman kesehatan masyarakatnya, CDC menyatakan bahwa virus tidak mudah menyebar di pesawat karena ada sistem penyaringan udara. Tetapi, berada dalam jarak dua meter dari orang lain dan menyentuh permukaan yang sering digunakan dalam penerbangan jarak jauh dapat meningkatkan risiko tertular Covid- 19.

Para penulis studi penerbangan Vietnam merekomendasikan pengetatan protokol kesehatan, seperti penggunaan masker dan face shield, cuci tangan, dan tes Covid-19 rutin, serta kebijakan karantina untuk penumpang yang datang dari negara berisiko tinggi.

"Selama Covid-19 menjadi ancaman pandemi global tanpa adanya tes perawatan yang baik, tindakan pencegahan infeksi di dalam kabin yang lebih baik dan pengetatan prosedur pemeriksaan kedatangan diperlukan agar penerbangan berjalan aman,” kata peneliti.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement