Rabu 23 Sep 2020 07:42 WIB

Kangen Naik Gunung? Simak Catatan Eiger untuk Para Pendaki

Tim pakar dari Eiger mengevaluasi praktik keamanan pendakian semasa pandemi Covid-19.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Mendaki gunung/ilustrasi. Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) sudah mengeluarkan protokol kesehatan dalam pendakian.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Mendaki gunung/ilustrasi. Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) sudah mengeluarkan protokol kesehatan dalam pendakian.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wisata pendakian gunung belakangan semakin menarik perhatian banyak orang karena dianggap sebagai alternatif wisata yang lebih aman di tengah pandemi Covid-19. Ketika beberapa gunung dibuka, pengunjung langsung memenuhi jalur pendakian, salah satunya sempat terjadi di Gunung Gede, Jawa Barat.

Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) pun sudah mengeluarkan protokol kesehatan dalam pendakian. Akan tetapi, sudah amankah mendaki gunung saat ini? Eiger Adventure sebagai jenama kegiatan luar ruang turut menanggapi pertanyaan tersebut.

Baca Juga

Dalam pernyataan resminya, pendaki senior Galih Donikara yang merupakan Eiger Adventure Service Team (EAST) Manager berpendapat belum aman mendaki di saat seperti ini. Dia mencontohkan ekspedisi pendakian gunung Everest di Himalaya.

Terdapat istilah "Window Summit" yaitu menunggu waktu terbaik dan paling aman untuk summit attack. Waktunya bervariasi, bisa dua hari saja atau sampai berhari-hari. Selama 'jendela' puncak belum terbuka, pendaki harus sabar menanti dengan melakukan simulasi pendakian.

Sementara itu, para high altitude sherpa tetap membuat jalur yang jelas untuk dapat digunakan para pendaki ketika puncak dibuka. Kondisi sekarang menurutnya bisa diibaratkan sedang menunggu window summit terbuka.

Jika biasanya pendaki menunggu waktu yang tepat karena cuaca, pada kasus saat ini mendaki karena menanti Covid-19 mereda. Menurut Galih, masih ada waktu toleransi buat para pendaki untuk mendaki gunung pada waktu yang tepat nanti.

"Takkan lari gunung dikejar. Jangan sampai tujuan kita naik gunung untuk sehat, malah membawa penyakit ke rumah. Yang perlu diingat, tujuan mendaki gunung adalah untuk kembali ke rumah dengan selamat," ucapnya.

Galih mencontohkan para pencinta alam yang ingin mendaki di kawasan Himalaya, rela menunggu sampai satu tahun. Penantian itu supaya dapat mendaki di antara April-Juni yang cenderung aman dan nyaman melaksanakan pendakian.

"Jadi untuk sekarang ini, main aman dulu aja. Tetap aktif dengan melakukan simulasi-simulasi kecil di sekitar rumah atau bukit-bukit kecil yang aman, di area terpencil pada hari biasa agar tidak padat dan lakukan dengan kelompok kecil," tuturnya.

Beberapa pekan silam, pendaki legendaris sekaligus Senior Advisor Mountaineering EAST, Kang Bongkeng, naik ke Gunung Ciremai. Dia bertandang ke sana untuk mengecek protokol pendakian yang diterapkan oleh penyelenggara pendakian.

Meskipun evaluasi menyeluruh masih dalam proses penyusunan, ada empat hal yang menurut Bongkeng perlu menjadi perhatian pihak pengelola dan pendaki. Pertama, menjaga konsistensi dan ketegasan petugas untuk meningkatkan kedisiplinan pendaki.

Kedua, perlu ada patroli dari pihak pengelola untuk memastikan setiap pendaki tetap taat aturan. Ketiga, pembatasan jumlah pendaki dan jalur pendakian, serta terakhir perlunya peraturan jam keberangkatan pendakian setiap harinya.

Menurut Bongkeng, keberangkatan dari basecamp pendakian maksimal pukul 11 pagi, agar tiba di pos pada sore hari sehingga ada waktu untuk mempersiapkan tenda dan memasak. Selain itu, perlu juga pengaturan jam keberangkatan menuju puncak gunung.

Idealnya, maksimal keberangkatan ke puncak pukul delapan pagi sehingga paling lambat tiba di atas pada pukul 10 pagi. Dengan begitu, pendaki punya waktu untuk turun dan sampai di basecamp pada sore hari.

"Hal-hal tersebut perlu diperhatikan untuk memastikan setiap pendaki tidak membuang-buang waktu di perjalanan, tetap aman dan fokus pada tujuan akhir yaitu sampai ke rumah dengan selamat," ucap Bongkeng.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement