Jumat 25 Sep 2020 09:05 WIB

Kecerdasan Buatan Diprediksi Jadi Bagian dari New Normal

Tren AI terkait kesehatan akan tetap meningkat di masa depan.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Kecerdasan buatan/ilustrasi
Foto: wordpress.com
Kecerdasan buatan/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi yang terjadi saat ini membawa begitu banyak perubahan dalam berbagai aspek kehidupan. Meski saat ini vaksin dan obat untuk membantu menyembuhkan infeksi virus corona terus digencarkan, tampaknya suasana dunia dengan konsep yang new normal akan tetap bertahan.

Begitu juga dalam urusan pemanfaatan teknologi. Sebagai akibat dari pandemi, pemanfaatan teknologi kini kian gencar dilakukan. Baik untuk bekerja, belajar, hingga membantu berbagai industri meminimalkan kontak antarmanusia.

Baca Juga

Ke depan, meski pandemi akan berlalu seiring waktu, dampak dari era Covid-19 ini diperkirakan akan tetap membekas. Konsultan internet of things (IoT) Ivan Sie berpendapat, kecerdasan buatan (AI) akan membantu dan menjadi bagian dari kondisi new normal itu sendiri atau bukan sesuatu yang akan menghilang.

Menurut Ivan, yang sudah terjadi adalah pekerjaan-pekerjaan yang memiliki prosedur operasi standar atau SOP jelas, dan dalam sehari-hari merupakan kegiatan yang sama, akan diambil alih oleh AI.

Sebab, pekerjaan tersebut tidak memerlukan diagnosis mendetail dan mendalam. "Dan sekali lagi ada pertanyaan tadi, apakah manusia akan dibutuhkan di masa depan? Sekali lagi, untuk menjawab itu, menurut saya, masih bakal panjang. Bagaimana penerapan ke depan dan sebagainya, saya bisa bilang unlimited," kata Ivan.

Senada, Chief Research and Pro duct Innovation Nodeflux Adhiguna Mahendra memperkirakan, tren AI terkait kesehatan akan tetap meningkat di masa depan, yaitu untuk diagnosis dan pembuatan obat. "Kalau diagnosis itu, mendiagnosis kita ada Covid-19 atau tidak, kita ada TBC atau tidak," ujar Adhiguna.

Sementara itu, yang dimaksud pembuatan obat adalah obat yang dipersonalisasi untuk pasien berda sarkan analisis genetika, riwayat ke sehatan, tes darah, hasil rontgen, gaya hidup dan lain sebagainya. Dengan begitu, obat antara satu pasien dengan pasien lainnya bisa berbeda.

"AI membantu kita di masa mendatang untuk menciptakan obat yang personalize. Jadi, bisa lebih cepat dan efektif untuk masing-masing orang," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement