REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teknologi 5G diperkirakan akan segera hadir seusai pandemi berlalu. Dengan kecepatan yang mencapai 100 kali lipat dibanding 4G, teknologi ini diperkirakan akan memberikan wajah baru dalam berbagai industri dan kehidupan masyarakat global.
Dari sisi mobilitas, dengan 5G akan mudah sekali menerapkan kendaraan otonom, prediksi pemeliharaan dan kebutuhan monitor bahan bakar dengan jaringan 5G. Dari sisi industri, jaringan 5G bisa digunakan untuk integrasi antara mengawasi dan kontrol yang lebih luas, juga sensor, analitik, tindakan, pengintegrasian dan analisis prediksi industri, sehingga tidak ada stok produk yang belum terjual.
Di sisi pertambangan, konsep remote mining di mana pekerja bisa mengendalikan traktor, buldoser, dan truk di lokasi pertambangan dari rumah dengan jaringan 5G pun dapat terwujud. Sedangkan, di bidang ritel, dengan adanya jaringan 5G, mereka bisa menggabungkan augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) akan benar-benar sampai ke layanan ritel.
Di sisi agriculture, jaringan 5G juga tidak hanya dipakai untuk mem permudah produksi, tetapi juga meng hubungkan seluruh bagian dari ekosistem. "Jadi, akan ada agriculture atau farm management system. Ada yang menggerakkan perangkatnya, kemudian mengoptimalkan panen nya, serta mengatur irigasi dan pemupukan yang ada. Dengan begitu, hasilnya tentunya akan bisa lebih optimum dan lebih banyak lagi," ujar Teguh Prasetya selaku Umum Aso siasi IoT Indonesia.
Untuk bidang kesehatan, 5G berfungsi memonitor, prediksi, perawatan (treatment) sampai pascaperawatan (post-treatment), semuanya akan terintegrasi dengan adanya 5G, serta IoT tentunya. "Dari sisi pasokan (supply), jaringan 5G bisa mengintegrasikan, misalnya, communication hub with solar power, energy management, smart meters, dan lain sebagainya," ujar Teguh.
Teknologi jaringan 5G pun erat kaitannya dengan IoT. Mengutip McKinsey Global Institute Study, IoT diprediksi memiliki dampak hingga mencapai 120 miliar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap GDP di 2025 nanti. Ada sekitar tujuh sektor di sana, yakni manufaktur, ritel, angkutan, pertambangan, pertanian, teleko munikasi, dan media dan kesehatan. Menurut Teguh, bidang kesehatan men jadi tumbuh pesat karena pan demi Covid-19.
"Dengan demikian, kita mesti lihat banyak sekali percepatan yang ada dan tentunya kalau ini diprediksi 2025, dengan adanya pandemi kemungkinan bisa lebih cepat lagi. Ka rena bagaimana pun kita harus tetap melakukan kegiatan perekonomian, melakukan kegiatan bisnis di samping terus menjaga kesehatan kita sehari-hari," kata Teguh.