REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dessy Suciati Saputri, Jurnalis Republika
Sebagai seorang jurnalis, saya dituntut untuk mampu mengikuti ritme pejabat yang saya liput. Saya bertanggung jawab untuk mengawal dan meliput kegiatan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Berbagai cerita menarik sampai memalukan pun saya alami saat bertugas mengikuti agenda Presiden.
Saat itu, Ahad, 10 November 2019, tepat di upacara peringatan Hari Pahlawan Nasional di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata merupakan jadwal saya untuk bertugas. Seperti upacara-upacara biasanya, acara peringatan ini juga digelar pada pagi hari pukul 08:10 WIB.
Agar tak terlambat, saya pun bersiap diri dan berangkat dari rumah sejak pukul 06:00 WIB. Perjalanan saya tempuh menggunakan commuter line alias KRL dan saya lanjutkan dengan berjalan kaki bersama seorang teman saya dari Stasiun Kalibata.
Pagi itu, matahari cukup terik membuat keringat membasahi dress hitam yang saya kenakan. Sesampainya di gerbang TMP Kalibata, kami pun segera melewati alat metal detector atau alat pendeteksi logam yang selalu disediakan oleh Paspampres di setiap kegiatan Presiden.
Para pejabat yang diundang mengikuti upacara peringatan Hari Pahlawan Nasional telah berdatangan. TMP menjadi penuh. Kami harus berjalan melewati samping jalan utama yang biasanya digunakan oleh para pejabat dan tamu undangan menuju lokasi upacara.
Untuk meliput acara ini, panitia penyelenggara memberikan ruang khusus bagi para wartawan. Kami ditempatkan di ruang yang paling depan tak jauh dari tempat Presiden Jokowi berdiri untuk memimpin upacara.
Saat masih berjalan, kami kemudian dikagetkan dengan kehadiran Presiden di lokasi upacara. Lantas kami pun berlari pelan agar bisa segera sampai ke lokasi khusus para wartawan ditempatkan.
Tiba-tiba, “wreeeekkk” saya kaget mendengar suara tersebut. Suara sobekan kain yang cukup kencang dan cepat juga membuat para tamu undangan lain menoleh ke arah saya.
Ya Tuhan.. ternyata sumber suara tersebut berasal dari celana kain yang saya kenakan. Celana saya tersangkut kawat yang diletakkan di pinggiran sebuah panggung kecil. Malu sekali rasanya karena celana saya sobek cukup lebar tepat di bagian paha depan. Rasanya ingin menangis dan segera kembali pulang ke rumah.
Untungnya, dress yang saya kenakan cukup panjang meskipun tak mampu menutupi sobekan kain celana saya. Lantas saya langsung mencari pertolongan dari teman-teman yang sudah tiba terlebih dahulu. Mereka kaget melihat saya yang baru saja tiba tapi dengan kondisi panik.