REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Dewan Pakar Federasi Serikat Guru Indonesia, Retno Listyarti mengatakan pelajaran sejarah selama ini terlalu fokus terhadap sejarah nasional yang terjadi di Pulau Jawa. Retno menilai, pelajaran sejarah mestinya dibuat sesuai dengan sosial budaya siswa. "Anak-anak di daerah ini sebenarnya lebih banyak belajar sejarah nasional yang jawasentris," kata Retno dalam telekonferensi, Ahad (27/9).
Ia berpendapat, pelajaran sejarah harus tetap ada dan wajib di dalam kurikulum pendidikan Indonesia. Namun, beberapa aspek seperti isi pelajaran sejarah memang harus diperbaiki agar lebih mudah dipelajari siswa. "Misalnya saja kita belajar tentang Perang Padri, tentang Perang Diponegoro. Bagi anak Kalimantan, anak Papua, dia belajar tentang perang tapi tidak ada konteks pada wilayahnya," kata dia lagi.
Pelajaran sejarah, kata Retno mestinya lebih ke pembentukan rasa nasionalisme dan cinta kepada daerahnya. Anak-anak di daerah harus tahu kisah nenek moyangnya yang berjuang dalam kemerdekaan Indonesia.
Pembelajaran dalam mata pelajaran sejarah harus diubah dan disesuaikan dengan konteks lokal dan kekinian. Dengan demikian, anak akan lebih mudah menerima materi dalam pembelajaran sejarah. Belajar sejarah pun bisa menjadi lebih bermakna.
"FSGI mendorong proses pembelajaran Sejarah Indonesia diubah, tujuannya untuk membangun memori kolektif sebagai bangsa, sebagai dasar pengembangan karakter siswa," kata Retno menegaskan.