REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Obesitas masih menjadi permasalahan serius di dunia termasuk Indonesia. Data Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) di 2018 menunjukkan penduduk dewasa berusia di atas 15 tahun mengalami kegemukan atau obesitas sebesar 31,0 persen.
"Angka itu menunjukkan peningkatan pesat dari tahun 2013 ketika penduduk yang mengalami obesitas mencapai 26,6 persen," kata mahasiswa Universitas Brawijaya (UB), Dimas Teguh Prasetiyo kepada Republika, Ahad (27/9).
Obesitas yang tidak segera ditangani akan berimbas pada penyakit komplikasi. Beberapa di antaranya seperti kardiovaskular, diabet dan osteoporosis yang berbahaya. Dari situasi ini, Dimas bersama Rhifa Siti Fauziah ND dan Nuha Nabilah Utrujjah menciptakan sebuah konsep untuk menurunkan obesitas yang lebih aman dan minim efek samping.
Di bawah bimbingan dosen Profesor Lilik Eka Radiati, Dimas dan tim pun mulai melakukan penelitian. Mereka mencoba memanfaatkan kandungan kalsium dalam cangkang telur untuk dijadikan suplemen penurun obesitas.
Cangkang telur merupakan salah satu bahan alami yang aman dan ekonomis. Hal ini menjadikannya sebagai bahan alternatif sumber kalsium dalam menurunkan kadar trigliserida. "Terutama pada tubuh obesitas,” kata Dimas.
Cangkang telur mengandung komponen mikro yang unik. Kandungannya didominasi 94 persen kalsium karbonat. Zat ini dapat diuraikan menjadi 360 sampai 440 miligram (mg) kalsium per gram.
Di penelitian ini, Dimas dan tim fokus pada nanoteknologi dengan metode presipitasi. Metode ini mengubah partikel kalsium menjadi nanokalsium. Selanjutnya, menggunakan teknik pulsed electric field (PEF) sehingga memungkinkan kalsium cangkang telur ayam menjadi lebih availabilitas.
"Sehingga mudah untuk diserap oleh tubuh," ungkapnya.
Di penelitian-penelitian sebelumnya telah dibuktikan setiap penambahan 300 mg dalam asupan kalsium reguler dikaitkan dengan penurunan sekitar 1 kilogram (kg) lemak tubuh pada anak-anak. Lalu sekitar 2,5 hingga 3,0 kg berat badan yang lebih rendah pada orang dewasa.
Dengan mengkaji jurnal, konsep penelitian Dimas dan tim dibuat ke dalam empat tahap. Tahap pertama, menganalisis teknik pulsed electric field (PEF) pada nanokalsium cangkang telur ayam. Tahap selanjutnya mengkaji analisis scanning electron microscopy (SEM) dan Particle Size Analyzer (PSA) untuk melihat ukuran dan distribusi partikel nanokalsium.
Selanjutnya, menganalisis konduktivitas, di mana nanokalsium yang memiliki konduktivitas tinggi akan memiliki bioavailabilitas yang sama. Kemudian menganalisis kadar triglisirida pada sel 3T3-L1 preadiposit. Bagian ini dinilai mampu menghambat perkembangan preadiposit.
"Yang artinya dapat menghambat obesitas," jelasnya.