REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelompok masyarakat yang mengalami obesitas atau kegemukan tidak hanya mengakibatkan gerakannya jadi terbatas. Riset menyebutkan, orang obesitas yang terinfeksi virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) berisiko mengalami komplikasi.
Wakil Ketua Bidang Aporeker Advance dan Spesialis Pengurus Pusat (PP) Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Kerry Lestari Dandan mengatakan, pihaknya terlibat dalam konsorsium riset di Kementerian Riset dan Teknologi dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) dan mengadakan penelitian mengenai masalah ini.
"Hasil riset Kemenristek dan global menyatakan bahwa risiko terpapar Covid-19 ini terjadi pada mereka yang obesitas. Mereka yang tubuhnya kegemukan kemudian terinfeksi Covid-19 ini mengalami risiko terjadinya komplikasi," ujarnya saat bicara di konferensi virtual BNPB bertema 'Obesitas dan Risiko Covid-19', Selasa (29/9).
Dia menambahkan, biasanya obesitas berkaitan dengan penyakit penyerta (komorbid) atau sindrom metabolik. Awalnya obesitas dan memicu terjadinya resistensi insulin. Kondisi ini bisa mengakibatkan gangguan toleransi glukosa,dan terjadilah diabetes melitus (DM).
Tak hanya itu, dia menambahkan, obesitas juga memicu terjadinya tekanan darah tinggi (hipertensi) hingga metabolisme yang terganggu. Padahal, dia melanjutkan, seharusnya tubuh perlu tekanan darah yang normal untuk bertahan terhadap infeksi, termasuk Covid-19.
"Oleh karena itu, kita sebaiknya menjaga tidak terjadi obesitas karena itu memicu ikutan dari sindrom metabolik yang terganggu yang disebut metabolik sindrom, diantaranya DM, hipertensi," katanya.
Ia meminta masyarakat mengukur makanan masuk dan yang keluar dari tubuh. Ia meminta masyarakat jangan terlalu banyak mengkonsumsi makanan dan menjaga supaya pola hidup tetap seimbang.
"Termasuk walau diam bekerja di rumah tetapi usahakan empat jam sekali keluar dan menghirup udara segar, beraktivitas, jalan kaki, olahraga kecil," katanya.